Kemarin rasanya tangan saya gatal pengen berkarya. Apalagi setelah melihat timeline sosial media yang dipenuhi aktivitas teman-teman membuat kue kering. Ada yang membuat nastar, kastangel, dan jajan lainnya yang saya tidak tau namanya. Saya pengen banget belajar. Tapi di rumah nggak ada yang jago bikin kue-kue lebaran. Akhirnya berbekal pengalaman bikin kue saat pelajaran boga dulu, saya mencoba berkreasi dengan bahan yang ada. Berhubungan di kulkas masih ada biskuit, saya membuat bola-bola cokelat kacang. Saya share resepnya supaya bunda dan teman-teman semua juga bisa bikin kue kering yang super simple. Tanpa mixer, tanpa oven, tanpq digoreng juga. Bahan-bahan 1. Skippy Peanut Butter 5 sdm 2. Biskuit, saya pakai Roma 1 pcs 3. Susu Kental Manis 5 sachet 4. Susu bubuk 3 sdm 5. Coklat bubuk (optional) 6. Kismis untuk topping 7. Margarin 3 sdm untuk menempelkan topping Cara Pembuatan 1. Haluskan biskuit hingga halus, caranya masukkan plastik dan hancurkan p
Posts
Showing posts from May, 2019
Published by
Nabila Cahya Haqi
Khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggalkan 11 orang anak. Lalu mengapa sang staf mengatakan hal tersebut? Karena sang Khalifah tidak meninggalkan harta yang banyak sepeninggalan beliau. Seorang anak hanya mendapat setengah dan seperempat dinar. Anggap saya satu dinar seharga 2 juta, maka jika dirupiahkan satu anak hanya mendapat warisan dzikir satu juta, ada pula yang hanya mendapat lima ratus ribu. Sang penulis membandingkan Hisyam bin Abdul Malik yang juga seorang Khalifah pada dinasti Bani Umayyah. Ia juga meninggalkan 11 orang anak dan masing-masing anak mendapat harta waris 1 juta dinar. Silahkan di kalikan dengan 2 juta rupiah untuk tahu kurs rupiahnya. Begitu besar bukan? Begitulah seorang pemimpin sejati mengajarkan substansi harta pada anak-anaknya. Lalu apakah anak-anaknya menjadi orang miskin? Ternyata tidak! Bahkan salah satu anaknya ada yang mampu berinfaq 100.000 kuda untuk jihad Fii sabillah. Ternyata begitulah seorang Khalifah Umar mengajarkan kita pel
Published by
Nabila Cahya Haqi
Ilustrasi kesederhanaan khalifah Saya terhenyak saat membaca kisah tentang bagaimana Umar bin Abdul Aziz mendidik anak-anak beliau. Sebagaimana banyak telah kita baca, bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah yang sangat sukses dalam memimpin rakyatnya. Hanya dalam masa kemimpinan 29 bulan, beliau mampu menyejahterakan rakyatnya. Sejarah mencatat, waktu itu tidak lagi ditemukan orang yang berhak menerima zakat. Kisah pendidikan finansial sang ayah pada anak-anaknya tercermin pada saat beliau di ujung usia. Saat beliau sakit keras, salah satu stafnya, Maslamah binti Abdul Malik berkata padanya, "Ya amirul mukminin, engkau telah menguapkan harta anda dari mulut anak-anak Anda. Akan lebih baik jika Anda mewasiatkan anak-anak Anda kepada saya atau orang-orang seperti saya yang akan menanggung biaya mereka." "Aku sudah dengan perkataanmu wahai Maslamah. Adapun kalimatmu bahwa aku menguapkan harta dari mulut anak-anakku, maka demi Allah, aku tidak pern
Published by
Nabila Cahya Haqi
Lanjutan dari tulisan sebelumnya 2. Melibatkan Mereka Pada Setiap Permasalahan (QS. Al Jumu’ah:10) “…maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” Jangan pernah memaksakan diri untuk memenuhi semua kebutuhan mereka. Jika memang saat itu kita tidak memiliki biaya, kita cukup melihatkan mereka dalam segala kondisi. Misalnya saat anak membutuhkan laptop dan kita tidak punya dana cash untuk itu. Kita bisa membuka diskusi di saat-saat makan bersama, saat santai menjelang tidur, atau kapanpun. "Nak, laptopnya sudah sangat urgent ya?" Misalnya dia menjawab, "Iya mi, semua teman-temanku punya. Sebentar lagi kan ujiannya juga pakai laptop." Lalu kita jelaskan permasalahannya. "Tapi abi masih belum ada uang untuk itu. Bagaimana menurutmu?" Nah, kalimat bagaimana ini yang akan melatih dia untuk menyelesaikan permasalahannya. Akhirnya, dari diskusi hangat itu lahirnya bany
Published by
Nabila Cahya Haqi
Cepat atau lambat, anak-anak akan tumbuh dewasa, menjadi para pemuda pemudi. Sesuai fitrahnya, seorang remaja tidak suka diatur atau didikte. Begitu teori yang saya baca. Para bunda yang memiliki anak remaja tentu jauh berpengalaman. Tidak jauh berbeda dengan konsep Parenting ala sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib punya tips untuk mendidik anak usia remaja atau diatas 14 tahun. Para orang tua harus memperlakukan mereka seperti sahabat. Seperti kita tahu, bahwa mereka telah memasuki masa baligh atau mukallaf. Akalnya telah berjalan sempurna dan seluruh amal akan dihisab di akhirat. Lalu bagaimana cara kita mengajari kita sebagai orang tua mengajari cara mendidik finansial mereka. Berikut beberapa tips yang saya kutipan dari para ahli. 1. Mengajari Mereka Membuat Proposal Keuangan Wah, berat amat ya? Jangan su'udzon dulu. Kita cukup meminta anak menuliskan Kebutuhan-kebutuhan mereka selama sebulan. Mudah, bukan? Namun sebelumnya kita harus mengaudit p
Published by
Nabila Cahya Haqi
Akhirnya sampailah saya untuk menuliskan tentang sesuatu yang begitu istimewa, parenting ala Nabi. Tantangan terberatnya adalah topik pendidikan Nabi pada pendidikan finansial atau konsep rezeki dan keuangan. Rasanya sungguh teramat tidak pantas saya menuliskan ini. Sebab masih sedikit ilmu yang saya miliki, dan masih miskin referensi yang saya baca. Tapi, sebab tulisan yang harus ditoreh, izinkan saya menulisannya. Potret Keluarga Nabi, Cermin Keluarga Sempurna Hari ini rasanya sulit untuk menemukan keluarga yang pas untuk dijadikan teladan. Tapi kita bisa melihat bahwa teladan terbaik adalah dari keluarga Nabi Muhammad. Beliau adalah suami terbaik pada istri-istri beliau, sekaligus seorang ayah terbaik untuk beberapa anak. Nabi memiliki tiga anak laki-laki dan empat anak perempuan. Rasul juga memiliki bebapa cucu yang berada di bawah pengasuhan beliau, Hasan dan Husein. Keluarga inilah yang telah Allah subhanahu wata’ala jamin kebersihan dan kesuciannya. Mari kita lihat beb
Published by
Nabila Cahya Haqi
Pada tulisan sebelumnya, saya banyak membahas tentang upaya mendidik anak cerdas finansial di usia dini. Nah, di edisi ke lima ini saya masih ingin membahas lebih lanjut tentang ini. Pertama, tentu saja karena topik tantangan kali ini adalah “Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini”. Kedua karena saya rasa masa krisis pembentukan karakter anak adalah berada di usia dini. Well, izinkan saya belajar terlebih dulu tentang trantrum. Mengenal Tantrum Tantrum adalah kondisi dimana anak melakukan sebuah perlawanan dengan cara menangis, berteriak, meronta dan bahkan hingga bergulung-gulung di lantai. Hal ini terjadi biasanya saat anak ingin mengkspresikan apa yang ia mau, atau ia ingin menunjukkan suatu keinginan yang tidak bisa diungkapkannya, dan bisa juga karena ia ingin menekan orang tuanya agar keinginannya tersebut dituruti. Pernah suatu kali, saya melihat anak yang mengalami tantrum ini saat di sebuah mall. Dalam gendongan ibunya, ia terus meronta dan mena
Published by
Nabila Cahya Haqi
Ilustrasi: Animasi Video Syamil & Dodo Suatu kali, saat mendengarkan ceramah DI YouTube, saya mendapat tips parenting dari Ustadz sekaligus penulis terkenal, Ustadz Salim A. Fillah. Beliau menceritakan pengalaman sewaktu kecil saat masih usia SD. Pada tahapan ini, berarti anak telah memasuki masa pra baligh, yakni usia 7-14 tahun. Bagaimana tipsnya? Orang tua beliau hanya memberikan uang saku sesuai kebutuhan. Waktu itu, sengat saya hanya 5000 rupiah. 4000 untuk naik angkot pulang pergi, dan yang 1000 untuk jajan. Apa hikmah dari cara pendidikan ini? 1. Anak hanya diberikan sesuatu sesuai kebutuhannya, tidak lebih. Hal ini mengajarkan anak untuk memahami arti kebutuhan. Jika anak diberikan melebihi batas kebutuhannya, mereka akan lebih sulit untuk diarahkan hidup hemat. 2. Mengajarkan untuk Menabung Darisini kita bisa menggunakan cara untuk mengajarkan anak menabung. Saat ia ingin membeli sesuatu, orang tua tidak lantas memberikannya begitu saja. Orang tua me
Published by
Nabila Cahya Haqi
Mengenalkan pendidikan satu-satu ini memang gampang-gampang susah. Bagi kita yang sering mendapati anak kita tantrum saat minta sesuatu, pasti merasakan kesulitannya. Anak pada usia dini ini kadang tidak bisa mengerti penjelasan kita, seolah tidak mau tahu. Padahal mungkin apa yang ia minta bukan sesuatu yang dibutuhkan. Lalu bagaimana cara mengajari mereka tentang kebutuhan dan keinginan? Bagaimana cara memahamkan pada mereka bahwa mereka tidak bisa dengan mudahnya menyetop setiap pedagang yang lewat di depan rumah? Melatih dengan Membuat Celengan 3S Untuk anak-anak di usia pra TK hingga umur 7 tahun, mereka mulai bisa dikenalkan dengan membuat 3 celengan dengan kegunaan yang berbeda. Cara ini saya dapatkan di kelas Bunda Sayang saat memasuki tantangan mendidik anak cerdas finansial sejak dini. Berikut 3 kegunaan (3S) dari masing-masing celengan. 1. Spend S yang pertama adalah spend atau belanjakan. Kita bisa memulai melatih mereka untuk menyisihkan uang khusus un
Published by
Nabila Cahya Haqi
Dalam tulisan part #1 kita telah belajar pentingnya mendidik anak untuk cerdas secara finansial. Kita pun telah belajar langkah secara umum yang harus ditempuh. Tulisan kali ini saya ingin membahas tentang langkah konkret untuk mendidik anak cerdas finansial sesuai dengan tingkatan usianya. Ali bin Abi Thalib membagi masa pendidikan anak menjadi 3 bagian. Bagian pertama ada pada saat anak berumur kurang dari 7 tahun. Pada masa ini Ali bin Abi Thalib menganjurkan kaum muslimin untuk memperlakukan anak sebagai raja. Jadi, pada masa ini kita tidak bisa menghukum atau mendidik anak dengan keras. Anak pada usia dini harus dididik bak raja, artinya kita memberikan pendidikan dengan penuh rasa kasih sayang dan kelembutan. Sehingga dari sini kita bisa simpulkan salah satu tips untuk mendidik anak di usia dini. Mengajarkan Konsep Rezeki Kita harus sering menanamkan konsep rezeki dari Allah. Hal ini yang paling penting dan dibutuhkan dalam mendidik anak sejak usia dini. Anak
Published by
Nabila Cahya Haqi
Kita semua tentu sepakat bahwa ilmu mendidik anak harus kita miliki jauh sebelum mereka lahir ke dunia ini. Kita juga paham bahwa setiap orang tua pasti ingin agar anak-anaknya menjadi anak yang cerdas, selain tentu saja menjadi anak yang sholih dan sholihah. Bicara tentang kecerdasan, ada salah satu yang sering luput dari perhatian kita. Kecerdasan finansial. https://www.nabilahaqi.com/2019/05/mendidik-anak-usia-dini-cerdas-finansial.html jarang sekali diantara anak-anak kita, terutama laki-laki yang telah mandiri finansial di masa balighnya. Betapa banyak kita jumpai, hingga berumur belasan hingga dua puluhan, anak-anak ini masih jadi benalu bagi orang tuanya. Setiap hari orang tua harus memberikan uang saku pada mereka. Padahal, bagi anak-anak laki-laki yang telah baligh, telah selesai kewajiban orang tua untuk memberi nafkah. Lalu apa yang harus kita persiapkan? 1. Mempersiapkan dengan Ilmu Pertama tentu saja dengan ilmu. Kita harus memulai dengan memperbanyak