Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2016

Saat Seorang Muslim Wajib Berjuang

Masih tentang media dan powernya. Yakni saat semangat saya jadi membahana setelah  membaca tulisan Bu Sirikit Syah di Jawa Pos tentang perjuangan Pak Dahlan memulangkan sang putra petir pulang kembali ke Indonesia. Tak disangka semangat saya bertambah setelab membaca postingan putra petir di Facebook barusan. Saya terkesan dengan keberaniannya mengangkat isu Jakarta, saat identitas seorang Muslim terkoyak oleh Ahok. Saya bukan pengamat politik. Namun yang jelas, sebagai Muslim kita wajib berjuang! Wajib!  Bentuk Perjuangan Memang hari ini kita semua sama-sama berjuang. Hanya saja mungkin dalam tempat dan nuansa yang berbeda. Kata guru saya di ma'had, Ustadz Ali Ridho, "Muslim itu satu tubuh, sakit salah satu badan, maka saat semua ikut sakit." Ya, saat perut saya sakit, air matalah yang justru jatuh. Saat saudara menangis, sayapun ikut terluka, sama. Minimal Berdoa Saya juga ikut bersedih saat teman-teman sesama aktivis Muslim malah justru mencerca saudara

Menghadapi Media dan Kesombongannya

Saya terdesak dengan kalimat dari Sirikit Syah, dosen senior Stikosa AWS Surabaya dalam kolom opini Jawa Pos, "Pers memang harus independen dan objektif. Namun dalam keadaan darurat, pers berhak melakukan perlawanan." Dalam dunia media kita sudah mafhum bahwa media memang menguasai masyarakat. Tapi ada pelajaran dari kisah tragis orang-orang islam yang terdholimi karena media. Sebut saja kisah Pak Dahlan Iskan yang kini berada di bui dengan kondisi memprihatikan. Padahal dokternya menyatakan ia bisa mati dengan kondisi fisik yang lemah karena transplantasi jantung. Suatu kali Dahlan pernah dimarahi karena korannya tidak memuat berita paling memilukan dengan dibredelnya detik, tempo, atau editor. Meski ia mengatakan tak bisa berbuat apa-apa di zaman order baru, tapi rupanya ia tidak diam, ia justru menampung para wartawan yang gulung tikar. Saya tidak akan membela dan memuji seorang Dahlan, toh saat lihat Jawa Pos di rumah tiap hari dengan hiasan wanita-wanita te

Siap Go Internasional!

Berawal dari 25 Juli lalu, saat saya dinyatakan menjadi lulusan English Language Teaching Universitas Airlangga. Ya, saya apply berbagai lowongan pekerjaan, namun hasilnya tidak memuaskan. Desakan dari keluarga untuk lanjut ke jenjang S1 membuat saya berpikir keras. Jika saya menghabiskan uang lebih dari 10 juta untuk mendaftarkan diri ke alih jenjang S1, betapa besar uang yang sudah saya habiskan selama lima tahun kuliah. Bukannya balik modal, waktu saya habis berkutat dalam bangku kuliah, pikir saya. Padahal kampus saya telah mempersiapkan lulusannya untuk dapat menjadi seorang entrepreneur. Saya kemudian mengontak beberapa sahabat dekat. Pertama seorang blogger yang punya penghasilan tetap diatas lima juta perbulan. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya Ia bersedia bergabung dalam proyek perbaikan umat. Proyek untuk menyadarkan masyarakat Indonesia melek Bahasa Inggris: iCan Course. Alhamdulillah jadilah www.icancourse.com . Saya juga mengontak salah satu teman ju