Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

Saat Mengawali Hari : Maba UNAIR

Agustus 2013 Hari ini sungguh tak terbayangkan, ini adalah hari pertama aku menginjakkan bumi di Surabaya. Luar biasa! Gedung dan mal-mal yang menjulang membuatku terus menerus menatap ke atas langit di sepanjang perjalanan menuju tempat asrama. Ketika sampai di asrama, hatiku sudah mulai tak karuan. Senang karena sebentar lagi aku akan berteriak pada dunia, “Saksikanlah dunia, sebentar lagi akan menuntut ilmu di uniersitas besar di Indonesia!” Namun juga pilu, karena harus meninggalkan banyak orang yang kucintai. Orang-orang yang senyumnya selalu menghias kehidupanku, Amak, Bapak, Mas Agus, dek Ola, dan lain-lain. Dalam lubuk hatiku aku berharap mereka semua bisa pindah di Surabaya dan menemaniku belajar disini. Ah, tak perlu berkhayal. Di sebelahku, kutatap wajah ibu yang terus berkaca-kaca. Sedangkan ayah dan Mas Bagus terus menatap gedung dan mal-mal yang menjulang di balik kaca  bemo. Sedangkan aku terus menerus menenangkan hatiku yang terus bergejolak. Bagaima

Gurisan, Semoga Jadi Bintang

Masih lekang Saat cerita itu mengalir Dan kini semua terulang Cerita tentang teman Cerita kelam dan suram Saat kebenaran jadi keraguan Kau datang Membawa sebongkah kenyataan Aku hanya bisa mendengarnya Dengan hati yang memendam perih Harusnya aku bisa menggandengmu Saat kuhadir lagi dihidupmu Mungkin besok, Ada cahaya yang hadir Menyinari langkah dan hatimu

Aku dan Cinta

Buatmu, cinta, kutaktahu siapa engkau Waktu bergulir seenaknya Tanpa kusadari, Aku tercekat dibawa terbang Masa remaja telah datang Bersama bintang dan badai Di saat itu pula, kukenal cinta Kulihat, temanku bermain cinta Kudengar, engkau berbicara cinta Kutahu, cinta memang hadir Cinta pertama menyapa, Tapi hitam kelam menerpa Kini sudah kutinggalkan Cinta kedua, Akhlaknya yang elok Tampil bersinar ditengah kerumunan Kaupun tahu, Kagum bukanlah cinta Tapi cinta mungkin terselip ditengah kekaguman Kini, Rabbku mengenalkan cinta Cinta sejati tak harus terbuai nafsu Cinta sejati, melampaui dua dimensi, dunya wal akhirat Cinta akan hadir, kelak Cinta yang akan mendekapku Cinta yang akan menjagaku Cinta yang menuntutku pada Rabbku Karena aku wanita Cinta yang hadir menjadi memimpinku Rabbanaa hablanaa min azwaajina wa dzurriyaatina qurrata a'yun Waj'alna lil muttaqiina imaama.. amin...

Saat Aku Harus Mencintai

“Assalamu’alaikum. Mau kemana dik?” tanyaku seraya menebarkan senyum pada wanita anggun di depanku ini. “Wa’alaikumsalam. Mmmm... Mau kesana. Mari...” katanya, tergesa. Kemudian dalam hitungan detik tak terlihat bayangannya. Hatikupun segera saja merindukannya. Merindukan wajahnya yang selalu teduh. Jika ada kata yang bisa kusampaikan padamu, Zahra, maka aku akan mengatakan, maafkan aku yang telah mencintaimu. Waktu membuatku tak mampu membohongi perasaanku selama ini. Selama itu pula aku bersama denganmu dan teman-teman disini, berjuang bersama. Aku hanya seorang pemuda yang tinggal di sebuah perkampungan di Surabaya. Dekat dengan kawasan lokalisasi. Aku dan keluargaku telah lama menjadi jama’ah di masjid Ar-Rahmah, yang termasuk dekat dengan daerah lokalisasi juga. Sayangnya kurang makmur masjid itu. Jama’ah yang sholat hanya segelintir. Tak pernah ada kajian-kajian yang memakmurkan masjid itu. Dengan tekad bulat aku mengumpulkan remaja-remaja muslim di daerahku