Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2016

Mengenal Ta'aruf: Jalan Suci Menemukan Cinta

Percaya atau tidak, hanya sekali bertemu dengan suami saya langsung memutuskan untuk menuju jenjang pernikahan. Bertemu beberapa menit untuk kehidupan seumur hidup. Inilah ta'aruf. Dimana kita tak perlu menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk hubungan yang tak menentu. Ta'aruf adalah sebuah proses perkenalan sebelum menuju jenjang perkenalan. Ta'aruf bukanlah pacaran, proses ini harus diniatkan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Beberapa proses ta'aruf adalah sebagai berikut. Proses Ta'aruf 1. Proposal Nikah Proses indah ini diawali dengan membuat proposal nikah. Proposal nikah ini tak hanya berisi biodata kita, melainkan hal yang spesifik. Seperti visi misi pernikahan, deskripsi keluarga, hingga kekurangan dan kelebihan kita. Setelah kita menyerahkan proposal ini pada Ustadz/Ustadzah/Murobbi yang menjodohkan kita, kita juga akan disodori proposal pernikahan milik calon pasangan. Jika memang kita tertarik untuk denga

Lima Ciri Guru yang Menginspirasi

Menjadi pengajar lebih dari 10 tahun, menjadikan saya belajar betapa berat mengemban amanah untuk menjadi guru. Bermula dari mengajari anak-anak mengeja huruf hijaiyah, mengajari Bahasa Inggris, hingga mengajari menulis. Yang terakhir itulah yang paling berat, karena memotivasi murid untuk menulis sungguh sangat susah.  Berbahagialah saat kita menjadi seorang pengajar. Pak atau Bu, Sir atau Miss, Ustadz atau Ustadzah, apapun namanya mereka adalah orang-orang yang mulia. Guru adalah lentera kehidupan. Mereka menjejakkan kaki di pelataran untuk mencetak generasi-generasi baru. Memegang amanah berat untuk mengubah kehidupan masyarakat. Merekalah tumpuan harapan kita, untuk menjadikan dunia, khususnya negara tercinta ini menjadi lebih baik. Mereka adalah pahlawan yang tidak sekedar mengajar dan menunggu awal bulan untuk gajian. Namun bekerja keras untuk menjadikan anak-anaknya menjadi berilmu dan beradab. Ya, ilmu dan adab. Miris sekali, saat mendengar ba

3 Hal Terseru Jadi Mahasiswa UNAIR

Hari kelulusan 25 September 2016 Alhamdulillah, akhirnya saya benar-benar bisa lulus kuliah. 25 September adalah hari yang benar-benar bersejarah dalam kehidupan seorang Nabila yang sebenarnya bukanlah siapa-siapa. Bahagia, tentu. Bukan hanya karena lulus menyandang predikat alumnus UNAIR, tapi juga karena sehari sebelumnya telah genap usia menjadi 21 tahun. Tak lagi anak muda lagi. Setelah lulus, banyak kenangan indah berkelebat. Salah satunya adalah betapa serunya pernah jadi mahasiswa UNAIR. Dulu sekali, saya pernah punya mimpi jadi mahasiswa HI UGM, pernah juga ngos-ngosan mengejar beasiswa luar negeri. Bahkan pernah terpikir untuk menetap di timur tengah, jadi Ulama' hehe.. Tapi semua mimpi itu seakan tak diridhio Allah. Saya tahu betapa beratnya umi dan abi jika harus melepas anak perempuannya ke negeri orang. Saya jadi tahu rahasia Allah tentang hikmah ini. Setidaknya ada tiga hal terindah yang saya rasakan ketika jadi mahasiswa UNAIR. 1. Membuka Jendela Du

Bacalah Sebelum Berjuang!

Wahai saudaraku, masihkah hari ini Engkau menghirup nafas? Jika ya, sadarkah, bahwa kita terlalu hina untuk mendapatkan berbagai kenikmatan ini. Tak pernahkah kau tahu, saudara kita disana harus bertaruh nyawa hanya untuk menegakkan sholat jum'at. Atau saudara kita yang hari ini harus merasakan ketakutan. Ketakutan yang sangat menyeramkan. Tak ada rasa bahagia. Tak pernah merasakan nikmatnya tidur siang. Bahkan tank-tank siap menyerbu nyawa yang lemah. Saat jiwa-jiwa liar menerjang. Dan bom-bom yang bisa saja dengan sekejap menerobos atap rumah. Sudah terlalu sakit jiwa ini. Belum habis rasa sakit hati karena terlukanya saudara kita di Palestina. Rasa itu makin pilu ditambah dengan semakin bertambahnya jiwa-jiwa suci yang syahid di bumi Suriah. Belum ditambah Rohingya, dan berbagai kisah pilu yang terlalu sakit untuk dibahas. Boleh saja hari engkau ini kita berbangga dengan banyaknya uang di rekening kita. Boleh saja senang karena bisa jadi mahasiswa kampus ternama. Bole