Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2018

Membangun Kesabaran dan Keistiqomahan lewat Tantangan Kemandirian

Sungguh, bukan perkara mudah untuk menjadi merangkai asa menjadi keluarga yang dicinta Allah. Apalagi Allah Ar-Rahim menguji dengan belum hadirnya buah hati di tengah keluarga kami. Jangan sampai rasa lelah membuat kita berpikir untuk menyudahi semuanya. Simpan saja rapat-rapat kata menyerah. Tetap berjuang dan berjuang. Bahkan harus berjuang lebih keras dan lebih keras, salah satunya lewat tantangan kemandirian kemarin. Senang rasanya lihat tulisan teman-teman di tantangan kemandirian ini. Apalagi mayoritas melatih kemandirian putra-putrinya. Masya Allah. Kali ini saya janji tidak akan bermelo-melo seperti tulisan yang lalu. Tapi saya ingin sekedar mengevaluasi hasil dari tantangan kemandirian kemarin. Sebenarnya kemarin saya menantang diri saya untuk melakukan ikhtiar untuk kembali program hamil. 1. Masak masakan sendiri di rumah 2. Olahraga 3. Hindari karbo dan gula Kenapa 3 hal ini? Sebab kata dokter saya terkena sindrom PCOS, apaan tuh? Googling deh, hehe

Tantangan Kemandirian Hari ke-10

Akhirnya inilah hari terakhir tantangan kemandirian. Saya berusaha keras untuk menutup tantangan dengan sempurna. Meski tetap saja tak bisa, hehe. Pagi-pagi seusai sholat subuh, ngantuk sangat mendera. Weekend memang paling enak dibuat tidur lagi seusai subuh. Tapi saya melawan sekuat tenaga nafsu itu. Alhamdulillah, berhasil! Saya menuju halaman depan untuk menggerakkan tubuh, sesuai list yang dibuat yakni olahraga tiap hari. Segernya.. Jika biasanya saya baru sempat olahraga sore hari, kali ini berhasil juga mengawali hari dengan olahraga. Hasilnya, tubuh terasa lebih segar dan bersemangat. Olagraga pagi hari Lalu masak masakan sehatnya saya membuat brokoli crispy. Alhamdulillah langsung habis pagi tadi. Abaikan penampilan yang tidak menarik Sebagai penutup, saya berharap semoga tantangan selanjutnya saya lebih berhasil. Semoga Allah mudahkan. Amiin. Nb: Tulisan ini adalah satu dari 10 episode tantangan 10 hari melatih kemandirian. Program ini adalah untuk menyele

Tantangan Kemandirian Hari ke-9

Yeeeayyy, sudah memasuki tantangan hari ke-9. Saya berusaha untuk menempa diri menyelesaikan tiap list kemandirian yang sudah dibuat di awal. Berat? Memang! Melaju dengan waktu yang semakin hari semakin cepat Hari ini hari jum'at, hari ini yang penuh keberkahan. Saya berusaha menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang sempat menumpuk gegara saya tinggal ke rumah orang tua. Mulai dari cuci piring, nyapu, ngepel , hingga cuci baju saya selesaikan dengan tengan (biasanya dengan meminjam mesin cuci kakak ipar). Senang? Tentu saja, tapi malam harinya langsung tepar, padahal jam masih belum diangka 10, suami masih sibuk dengan dagangannya. Arrrg.. kasihan sebenarnya tak bisa membantunya. Akhirnya, saya berharap semoga amal sholih hari ini diterima oleh Allah. Amiiin. Nb: Tulisan ini adalah satu dari 10 episode tantangan 10 hari melatih kemandirian. Program ini adalah untuk menyelesaikan tugas di Kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional (IIP) Batch 4. #Harike1 #Tanta

Tantangan Kemandirian Hari ke-8

Hari ini mendekati tantangan hari terakhir, tapi kenapa rasanya list kemandirian yang saya buat belum terlaksanakan secara maksimal. Seharian disibukkan dengan tugas kuliah. Masih ada sekitar 6 tugas dari mata kuliah lebih yang harus dikerjakan. Sedangkan deadlinennya sudah ahad besok. Habis subuh diawali dengan ibadah tiap muslim, lanjut sarapan. Hari ini masih berada di rumah orang tua, jadi wajar kalo pagi-pagi buta sudah disediakan sarapan. Alhamdulillah Ya Rabb. Seusai sarapan sudah berada di depan laptop. Berada di kamar membuat saya tak bisa menikmati indahnya pagi. Apalagi rumah orang tua berada di kampung yang rapat penduduk, matahari susah untuk masuk. Indahnya pagi tertutup bilik kamar Jadi, harus saya akui bahwa hari ini tantangan kemandirian itu GAGAL belum terlaksana. Olahraga tidak sempat dan tidak ada space juga, hehe. Masak masakan sehat, apalagi, semua sudah tersedia. Eits, tapi saya masih bisa membantu ibu meracik bumbu. Semoga esok bisa lebih baik lagi

Penyebab tidak Produktif

Hari ini puncak-puncaknya  bersantai  karena sedang liburan. Semua rencana latihan kemandirian rasanya susah sekali untuk dilakukan. Mengapa? Pertama karena liburan dan saya memilih untuk menginap di orang tua. Teman-teman pasti tahu sendiri nikmatnya tinggal dengan orang tua sendiri. Makan ditawari, bahkan dipaksa, sakit dipijitin dan tidak boleh aktivitas berat, bahkan hanya berdiam di kasur pun tak masalah, hehe. Akhirnya hari ini saya menyimpulkan beberapa penyebab tidak produktif: 1. Tidak punya to do list Hampir semua orang sukses punya list apa yang harus dilakukan, baik harian, pekanan, maupun bulanan dan tahunan. Mengapa? Karena to do list inilah yang akan jadi rencana yang harus dilakukan. Tanpa rencana dan tujuan, hidup terasa tak terarah, iya kan? Sumber: www.theverge.com 2. Menunda Pekerjaan Islam bahkan memperhatikan masalah satu ini, kita dilarang untuk menunda pekerjaan yang harusnya bisa kita lakukan sekarang. Sudah sering saya membuktikan, jika

Kisah Pasca Operasi

Hari ini sudah 100% pulih dari operasi. Aku sudah bisa melakukan berbagai hal, mulai dari ngepel, cuci baju hingga berolahraga. Harusnya semua tantangan kemandirian 100% done. Tapi hari-hari terakhir ini, rasanya masih jet leg dengan bed rest berhari-hari kemarin. Mau masak saja, Masya Allah beratnya..  duhai setan menjauhlah! Akhirnya saya putuskan untuk mengurangi 3 kemandirian yang harus dilatih dalam diri saya. Hal yang sebelumnya ingin saya latih adalah: -Rutin olahraga -Masak masakan sehat -Tidak makan Karbo dan gula Maka hari ini saya kurangi menjadi dua (eh, emang boleh ya?) Hal yang mau saya kurangi adalah masak masakan sehat. Entahlah, yang jelas rasanya belum sanggup untuk masak tiap hari. Kenapa kok malas? Alasan pertama adalah masakan saya yang tak pernah enak! Oh nooooo! Tapi aku akan terus berjuang!! Minimal ada lauk dan nasi di rumah. Meski hanya ada nasi dan ayam goreng, tanpa sayur. Yup!!! Ayokkk berjuang! Terus diet karbohidrat dan gulanya? R

Saat Takdir Seorang Calon Ibu Terjadi

Apa yang harus dilakukan saat tetiba galau? Tidur? Biasanya saat melampiaskan galau dengan tidur, masalah yang ada ternyata malah membuat pikiran lebih kacau lagi ketika bangun. Ya, seperti di tantangan hari ke-5. Galau bikin tidak produktif. Hari-hari jadi tak lagi indah untuk dinikmati. Padahal besok adalah weekend, waktu yang selalu dinanti. Masalahnya? Entah tetiba syok mendengar ada saudara yang akan datang, seperti biasa menginap. Rupanya masalahnya adalah saya yang belum siap untuk bertemu mereka, yang tentunya akan bertanya ini itu. Membuka luka lama.  Baca:  Kisah tentang Musibah Keguguran Meski bukan masuk pada tantangan komunikasi produktif, boleh lah saya cerita sedikit. Nasihat suami indah sekali, biarlah saya abadikan di sini. "Ini hanya ujian di dunia, tidak kekal, jadi harus bisa sabar. Jika tidak sabar, keadaan akan sama saja seperti ini, kan? Rugi kita, dunia sudah sengsara di akhirat juga!  Kalau kita sabar, insyaAllah akan diganti di a

Cara Cepat Pemulihan Setelah Kuret

Setalah operasi saya langsung diperbolehkan pulang, dini hari operasi, pagi harinya alhamdulilah selang opname sudah bisa dilepas dan saya bisa keluar dari rumah sakit. Sejak tiga setelah operasi kuret karena keguguran, saya sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Bahkan sudah bisa mengajar di lantai 2! Padahal saat baca-baca di Google, biasanya wanita akan pulih dari kuret setelah 1-2 pekan. Apa resepnya? Ikhlas! Pasrah!  Jika jiwa terus menerus stress, galau, dan menyesali hal yang sudah terjadi, akibatnya tubuh juga akan merasakan sakit berkepanjangan. Berbeda dengan saat jiwa kita ikhlas dan pasrah. Tubuh juga akan mendukung kita untuk kembali beraktivitas dengan semangat. Makan Makanan Sehat Dokter juga meresepkan beberapa tips akan kembali pulih dari kuret dengan cepat. Beberapa diantaranya adalah: 1. Makan makanan yang banyak mengandung kalori dan protein. Misalnya daging, ayam, kurma, dll. 2. Minum obat dengan teratur. Apalagi obat antibiotik, ha

Latihan Kemandirian Baru 30% Done

Hari ini adalah hari kedua sejak janinku diangkat. Sisa-sisa kesedihan masih ada, namun hidup harus berlanjut. Meski susah payah untuk move on. Tapi berjuang untuk kehidupan, bukankah tugas kita hanya berjuang untuk taat? Setelah seharian bedrest di rumah orang tua. Hari ini saatnya pulang untuk mencoba beraktivitas seperti biasa. Pagi harinya aku mencoba untuk melakukan tantangan melatih kemandirian. Kemandirian list dua dan tiga, yakni olahraga dan diet Keto belum bisa kulakukan. Tapi latihan kemandirian pertama, memasak makanan sehat sendiri, sudah kumulai. Pagi hari, memanggang roti isi telur untuk sarapan. Lalu siangnya membuat susu sendiri. Susunya masih jenis susu hamil. Karena kardusnya bikin baper, kubuang saja kardusnya, hehe. Sorenya, sudah bisa beberes rumah, menyapu dan mengepel. Tapi sesudahnya, darah keluar dengan derasnya. Apa gegara aktivitas berat yang kulakukan? Entahlah, yang jelas kata suami biar saja darahnya keluar semua. Meski hari ini banyak is

Insya Allah sudah Ikhlas

Waktu berjalan sangat cepat. Meski baru kemarin berbincang-bincang mesra dengan suami tentang mimpi-mimpi menjadi seorang ibu dan ayah. Secepat itu pula aku merasakan bagaimana rasanya kehilangan calon bayi yang telah kutunggu sejak 3 tahun. Mataku masih belum bisa membuka. Aku hanya bisa mendengar suara-suara. Termasuk suara dokter dan para perawat yang baru saja melakukan kuret untuk mengambil janin yang tak lagi berdenyut. Perlahan-lahan aku bisa mengintip dunia. Melihat suasana tempat operasi yang mengerikan. Ya Allah, rupanya Allah masih mengembalikan nyawaku. Tapi kenapa? Bukankah lebih baik aku kembali kepada Tuhan. Berhenti merasakan pedihnya penderitaan hidup di dunia. Astaghfirullah. Mengapa aku masih berpikir seperti ini? Bukankah aku berkata sudah ikhlas? Saat dokter berkata, "Ini janinnya sudah tidak ada denyutnya. Harus dibersihkan.  Makanya kenapa terus mengeluarkan darah dan terus nyeri? Karena itu proses alami tubuh untuk mengeluarkan barang yang

Panggil Aku Ibu

"Sudah berapa kali kubilang, Bertahanlah, bersabarlah Perjuanganmu tidaklah sia-sia Bertahanlah, bersabarlah Kemenangan datang di akhir episode Cepat atau lambat Bertahanlah, bersabarlah Janji Allah akan segera datang Bersabarlah sebentar lagi Sebab perih dan derita di dunia hanyalah sehari saja Sedang kehidupan akhirat kekal Selamanya" Tulisan ini kubuat untuk diri sendiri, saat berjuang untuk bisa hamil, promil. Alhamdulillah tak lama setelah ini ditulis, aku hamil. Ya Rabb, terima kasih!  Tapi Qadarullah meski program hamil itu berhasil. Allah memintanya kembali. Tepat malam ini, aku menjalani kuret untuk mengambil janin yang sudah tidak lagi berdenyut.  Ah, apakah karena nama perjuanganku waktu itu hanya program hamil? Bukan program untuk menjadi seorang ibu?  Tidak, aku hanya menjalani satu dari semua ketetapan Allah ini dengan syukur dan sabar. Tak ada yang perlu disesali. Bukankah tugas kita hanya taat? Innalilahi wa inna ilahi raji'uun. Alla