Masih tentang media dan powernya. Yakni saat semangat saya jadi membahana setelah membaca tulisan Bu Sirikit Syah di Jawa Pos tentang perjuangan Pak Dahlan memulangkan sang putra petir pulang kembali ke Indonesia.
Tak disangka semangat saya bertambah setelab membaca postingan putra petir di Facebook barusan. Saya terkesan dengan keberaniannya mengangkat isu Jakarta, saat identitas seorang Muslim terkoyak oleh Ahok. Saya bukan pengamat politik. Namun yang jelas, sebagai Muslim kita wajib berjuang! Wajib!
Bentuk Perjuangan
Memang hari ini kita semua sama-sama berjuang. Hanya saja mungkin dalam tempat dan nuansa yang berbeda.
Kata guru saya di ma'had, Ustadz Ali Ridho, "Muslim itu satu tubuh, sakit salah satu badan, maka saat semua ikut sakit." Ya, saat perut saya sakit, air matalah yang justru jatuh. Saat saudara menangis, sayapun ikut terluka, sama.
Minimal Berdoa
Saya juga ikut bersedih saat teman-teman sesama aktivis Muslim malah justru mencerca saudara-saudara kita yang sedang berjuang. Aneh, lupakah pada bab Tauhid, siapakah yang harus kita bela dan siapakah yang HARUS kita benci?
Rabbinshurnii.. Ya Rabb, tolong kami.
Sungguh saya yakin. Pertolongan Allah akan datang jika kita berjuang. Dalam surat Al-Insyiroh,
"Sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan."
Terakhir, kepada sang putra petir. Seperti saya selipkan di kolom komentar postingan yang menyola Jakarta. Saya juga akan berdoa seperti Anda. Berdoa seraya berjuang dan terus berjuang. Berjuang untuk terus belajar agar menjadi Muslim yang paling banyak membawa manfaat. Bukan membawa keburukan, atau justru malah mencerca saudara sendiri. Tidak. Saya akan berjuang terus membela Islam, minimal berdoa dan memperbaiki kualitas keislaman saya. Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Comments
Post a Comment