Berawal
dari 25 Juli lalu, saat saya dinyatakan menjadi lulusan English Language Teaching Universitas Airlangga. Ya, saya apply berbagai lowongan pekerjaan, namun
hasilnya tidak memuaskan. Desakan dari keluarga untuk lanjut ke jenjang S1
membuat saya berpikir keras. Jika saya menghabiskan uang lebih dari 10 juta
untuk mendaftarkan diri ke alih jenjang S1, betapa besar
uang yang sudah saya habiskan selama lima tahun kuliah. Bukannya balik modal, waktu
saya habis berkutat dalam bangku kuliah, pikir saya. Padahal kampus
saya telah mempersiapkan lulusannya untuk dapat menjadi seorang entrepreneur.
Saya
kemudian mengontak beberapa sahabat dekat. Pertama seorang blogger
yang punya penghasilan tetap diatas lima juta perbulan. Setelah
berdiskusi panjang, akhirnya Ia bersedia bergabung dalam proyek perbaikan umat.
Proyek untuk menyadarkan masyarakat Indonesia melek Bahasa Inggris: iCan
Course. Alhamdulillah jadilah www.icancourse.com.
Saya
juga
mengontak salah satu teman jurnalis. Seorang supervisor yang waktu itu
keluar dari dunia jurnalis karena ingin menceburkan diri
sepenuhnya dalam dunia bisnis. Setelah keluar dari dunia jurnalis, omset
usahanya sungguh luar biasa, ratusan juta dalam perbulan.
“Aku dan
teman-teman akan membuat proyek cukup besar. Proyek ini untuk dakwah dan
perbaikan masyarakat lewat pembelajaran Bahasa Inggris. Planningnya selama dua
tahun sudah merambah dunia internasional. Kita akan membuat bisnis yang
memungkinkan tiap orang Indonesia, khususnya para pemuda untuk melek Bahasa
Inggris, hanya dengan gadget mereka. Jadi punya android gak sekedar buat
selfie, klik, upload.”
Saya
masih ingat, kalimat terakhir yang saya katakan padanya,
“Menurut
Mbak, saya bisa kah, Mbak?”
Jawabannya
mantap, “InsyaAllah bisa.”
Saya
lalu mengumpulkan tim, dua adik binaan remaja
masjid yang paling keren. Dalam rapat
perdana, saya sebagai leader of the project, mewajibkan semua tim untuk membaca
buku-buku Ippho Santosa. Ya, inspirasi dari Beliau-lah iCan Course lahir.
Hebatnya Seminar Motivasi
Sejak
SD, saya adalah penggemar buku-buku tante saya. Beliau adalah pendiri wedding muslim pertama di Indonesia saat saya
masih berusia balita. Berbagai buku Ippho Santosa
berjejer indah di rumahnya. Namun, jangankan buku Ippho Santoso, buku karya
Robert Kiyosaki yang sangat fenomenal saja saya masih sangat asing. Maklum,
selain masih anak-anak, saya sama sekali tidak tertarik pada dunia bisnis waktu
itu. Saya lebih memilih buku-buku karya Yusuf Mansyur, Aa’ Gym, dan Yusuf
Qardhawi -meski saya tidak bisa betah berlama-lama membaca bukunya karena tidak
begitu ngeh-.
Seakan tahu
akan passion saya, Ammah Etty -sebutan untuk tante saya- mengajak saya pada berbagai seminar motivasi,
baik bersama para tokoh nasional ataupun Beliau sendiri yang menjadi
motivatornya. Saya menjadi sangat
menyukai berbagai seminar motivasi karena setelah mengikutinya, saya mendapatkan
semangat baru yang merubah hidup saya.
Motivator Indonesia
Salah satu motivator Indonesia
favorit saya adalah Pak Ippho Santosa.
Beliau menjadi tokoh paling menginsirasi bagi saya. Bahkan dalam kajian rutin
bersama adik-adik remaja masjid saya katakan,
“Belajarlah
dari
Pak Ippho Santosa. Tauhid Beliau mantap, namun beliau punya power yang
luar biasa. Persis seperti kata Umar, ‘Islam ada di hati saya, namun
dunia ada di
tangan.’ Jarang sekali di abad 21 ini ada orang yang punya dua hal ini.
Silahkan pinjam buku-buku Mas Agus (suami saya-Reds), gratis! Tidak
perlu
keluar uang ratusan ribu untuk membelinya.” Kata saya menggebu-gebu
waktu itu.
Saya
bertekad ingin menjadikan adik-adik binaan saya menjadi tim solid seperti tim
Khalifa milik Pak Ippho Santosa. Besar cita saya untuk
menjadikan iCan Course sebagai lembaga pendidikan online yang cabangnya tidak hanya
ada di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
Berawal
dari Beliau saya belajar cara networking, bekerja dalam tim, dan juga semangat
bekerja karena ibadah. Artikel-artikel yang Beliau bagikan melalui channel
telegram telah merubah mindset saya yang semula tak tertarik pada dunia
bisnis.
Tulisan
ini saya tulis setelah Opening Class iCan Course. Saya begitu bersyukur, karena
animo Indonesia masyarakat menyambut iCan Course ini sangat luar biasa. Dari puluhan
peserta, terjaringlah 25 peserta akhwat/perempuan dari penjuru Indonesia dengan
beragai latar belakang yang menakjubkan. Satu hal yang luar biasa adalah
bergabungnya seorang founder and Chairman of Board PT Ojek Syar’i Indonesia
(Ojesy), Mbak Evilita Adriani.
Ini saya posting ulang di blog pribadi saya karena sesat lagi akan ada program Go Internasional untuk para pelajar dan profesional di Indonesia, khususnya para murid iCan Course. Seminar Online yang kedua ini sayang sekali jika dilewatkan. Bermula dengan belajar dari seorang Muslim, kandidat doktoral di Jerman. Selanjutkan akan dibahas tuntas step by step sebelum go internasional. Daftar sebelum kuota terpenuhi!
Comments
Post a Comment