"Orang tuaku belum mengizinkanku menikah." curhat seorang muslimah. Alasannya klasik, masih kuliah. Padahal sang perempuan sudah terlanjur cinta dengan seseorang, dan sang laki-lakinya pun rasa yang sama, dan siap untuk menikahi. Kisah seperti ini, tak hanya satu. Banyak perempuan yang mengeluhkan tentang hal ini. Terhalang menikah karena Restu orang tua. Orang tua seringkali menganggap anaknya belum dewasa. Sehingga jika sang anak meminta izin untuk menikah, orang tua justru akan mentertawakan anaknya, " Arek cilik kok pengen rabi (anak kecil kok ingin nikah." begitu pikir orang tua. Bahkan ada orang tua yang juga masih berat untuk melepas anaknya meski sudah menikah. Memintanya untuk tetap tinggal bersama mereka. Tak hanya soal menikah, banyak orang tua yang juga melarang anaknya kuliah di luar kota, jauh darinya. Persoalan selanjutnya adalah saat intervensi yang terlampau besar pada sang anak. Ada sebuah kisah nyata yang dialami oleh nenek say
Posts
Showing posts from October, 2017
Published by
Nabila Cahya Haqi
Kemarin di grup Blogger Muslimah Indonesia, sang founder bercerita, ada seseorang yang bercerai dengan suaminya. Intinya ia stress, lalu seorang psikolog menyuruhnya untuk menulis. Kini lukanya itu sembuh karena ia terus menulis. Satu hal yang saya pelajari, menulis adalah sebuah terapi menyembuhkan luka. Di hari yang sama, saya juga belajar tentang luka dari seorang novelis internasional, Ahmad Fuadi, penulis trilogi Negeri 5 Menara. Sebuah novel yang menyihir dunia dengan mantra ajaibnya, "man jadda wajada". Hari itu saya hadir dalam bedah buku terbarunya, "Anak Rantau". Berkisah tentang seorang bernama Happy. Ia dipaksa oleh bapaknya pulang dari perantauannya. Kembali dari perjalananya menjelajah dunia menuju kampung dia dilahirkan, tanah Minang. Belajar Memaafkan Menurut sang penulis, novel ini memiliki misi agar pembacanya belajar banyak tentang memaafkan. Sebagaimana sebuah novel yang tidak boleh menggurui pembacanya, novel Anak Rantau ini adala
Published by
Nabila Cahya Haqi
"Barakallahu Laka wabaraka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir" Doa ini mengalir pada pasangan Muslim yang baru saja mengikut cinta dalam pernikahan. Ya, doa ini ialah anjuran dari Nabi, bukan mendoakan, "Semoga segera punya momongan." atau "Semoga langgeng." Bahkan bukan pula "Semoga Sakinah, mawaddah wa Rahmah" Sebab Sakinah mawaddah wa Rahmah telah terangkum dalam doa memohonkan berkah tadi. Doa ini adalah sebuah harapan. Harapan terindah atas terikatnya dua insan. Kebahagian di dunia tidak mutlak. Mendoakan banyak anak misal, apakah lantas kita bisa menjamin dengan banyak anak pasangan ini akan hidup bahagia? Akan bertemu bersama lagi di surga. Banyak anak bukanlah sebuah ukuran sebuah kebaikan. Kyai Al-Kholil, seperti dikisahkan oleh Ustadz Salim A. Fillah, memberi contoh tentang keluarga Nabi Ishak, sebanyak 10 anaknya nakal, mereka tega membuang Yusuf, adiknya sendiri kedalam sumur. Namun, Allah tetap mem
Published by
Nabila Cahya Haqi
Sudah berhasil melewati ODOP (One Day One Post) hari ke tujuh. Alhamdulillah, masih bisa Istiqomah. Namun siang ini jemari ini macet, enggan untuk digerakkan. Padahal kemarin sudah baca buku, hendak menuliskan apa yang sudah kubaca. Namun ternyata, tetap saja, bingung apa yang harus ku tuliskan. Jadi, saya putuskan untuk berkisah saja. Berkisah tentang masa indah bernama ta'aruf. Baca juga: Mengenal Ta'aruf, Jalan Suci Menemukan Cinta Sepulang dari sholat jamaah isya, seperti biasanya ada Ikhwan yang juga jamaah di masjid. Banyak sekali ikhwan akhwat yang datang ke rumah. Tahukah untuk apa? Keluarga saya mengelola sebuah lembaga biro jodoh islami. Jadi, hampir tiap malam ada Ikhwan akhwat yang datang untuk ta'aruf, lalu berjamaah di masjid. Saya selesai dzikir, mau melaksanakan sholat sunnah, lalu si Ikhwan yang juga jamaah di masjid ini juga selesai dzikir, waktunya bersamaan. Akhirnya saya sholat dengan cepat, tentu saja enggak mau jika kami k
Published by
Nabila Cahya Haqi
"Mereka itu anak-anak yang akhlaknya buruk!" Kata seorang Bapak pengurus masjid mengomentari sekelompok remaja masjid di kota Surabaya. Mereka adalah teman-teman suami saya, darinya pula saya mendengar banyak cerita dakwah mereka. Namun, para aktivis dakwah ini tak mendapat cinta para pengurus masjid tempat mereka berdakwah. Masjid ini milik salah satu ormas besar di Surabaya, tapi para remaja masjid ini membawa sebuah manhaj yang berbeda. Mereka mengadakan kajian di masjid dengan para ustadz dari golongannya. Saat pengurus masjid mengadakan pengajian dengan Ustadz lain diluar golongannya, tak ada satupun yang hadir. Dan sederet kisah lain yang membuat orang-orang terlebih pengurus masjid sakit hati. Akhirnya, dengan menyedihkan, mereka didepak dari masjid, tak boleh lagi mengadakan acara apapun disana. Sebuah Kesalahan Besar Nabi diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak. Jika para pengemban dakwah malah justru tak mampu memperlihatkan akhlak yang mulia, mak
Published by
Nabila Cahya Haqi
Para sahabat sedang berkumpul bersama Rasulullah. Semua wajah menegang. Seluruh sabahat berpikir keras untuk menemukan strategi yang tepat. Rasulullah sedang meminta pendapat dari para sahabatnya, seperti biasanya. Lalu sahabat Salman Al-Farisi mulai berbicara. Semua wajah tertuju pada Beliau. "Di Persia masyarakat yang hendak berperang membuat sebuah parit." Ujarnya. Ya, Rasulullah dan para sahabat lainnya setuju dengan pendapat Salman. Kaum Muslimin Madinah tak perlu pergi keluar Madinah. Cukup membuat parit besar, dimana kuda tak bisa melompatinya. Jika turun tak akan bisa naik kembali ke atas. Begitulah suasana menegangkan Perang Khandaq yang unik. Sebab kaum Muslimin tidak menghadapi langsung musuh. Lewat peperangan ini ada pelajaran berharga yang dapat diambil. 1. Allah tak akan Menyia-nyiakan HambaNya yang Beriman Siapa menyangka bahwa kaum Muslimin yang hanya berjumlah 300 orang dapat mengalahkan pasukan musuh berjumlah 10.000 orang.
Published by
Nabila Cahya Haqi
Akhir-akhir ini sering lihat foto orang-orang ayunan di atas jurang? Jika ya berarti kita sama dan akhirnya saya penasaran untuk kesana. Nama tempat wisata dengan wahana-wahana menegangkan itu adalah "Coban Rais". Berlokasi di Batu, JawaTimur, jarak dari rumah saya di Surabaya sekitar 113 km, atau sekitar 3 jam jika jalanan lancar. Cukup mudah untuk sampai di sana, cukup dengan Google map. Wahana paling hits adalah ayunan di atas jurang, tapi sebelum cerita tentang ini, izinkan saya cerita wahana-wahana yang lebih dulu saya coba, ya. Sebab ayunan ini adalah wahana yang terakhir. Wahana Pertama: Hammok Air "Mas, kira-kira aku berani naik itu gak ya?" Kata saya ke suami sambil nunjuk wahana Hammock air. Mirip flying fox bedanya dudukannya mirip Hammock. "Enggak!" Katanya. Ternyata dia salah. Setelah dicoba ternyata saya ndak takut, eui. Malah seneng banget, kayak terbang. Oh ya, nanti ada wahana yang bisa membuat kita seakan-akan terb
Published by
Nabila Cahya Haqi
Suatu sore saat weekend, "Makan di hokb*en ya?" Kataku pada suami. "Yah, jangan di sana dong, yang lain aja ya.." Diam sesaat. "Gimana kalo mie filfil yang baru itu aja?" Katanya, merayu. Lalu aku mengiyakan dengan kegirangan. Berbunga-bunga hati ini jadinya, hehe. Padahal sebelumnya saya sedang mendiamkan diri. Nah, dari sini bisa diambil beberapa cara mencairkan suasana dalam Rumah Tangga. Pastikan Ada yang Mengalah Pertengkaran adalah bumbu dalam Rumah Tangga, akan ada hal-hal yang membuat kita atau pasangan merasa marah (atau minimal tidak nyaman) dengan perilaku pasangan. Solusi yang pertama adalah memastikan bahwa ada salah satu dari kita yang mengalah. Jangan sampai berlama-lama dalam pertengkaran, dan dalam kejadian yang pertama adalah suami yang mengalah. Meminta maaf pertama kali tidak akan membuat kita rugi. Jadi buat apa gengsi? Kadang jika suami yang sedanh mendiamkan saya, maka saya akan jawil-jawil untuk mencuri perh
Published by
Nabila Cahya Haqi
Andaikan kita boleh mengatakan andaikan. Kita akan berkata, "Andaikan aku tak sekolah disana, tentu aku tak punya masa kecil yang kelam" "Andai dulu aku tak menolak lamaran si dia, pasti jodohku tidak seburuk sekarang." "Andai aku tak bekerja, anak-anakku tak akan jadi seperti sekarang." "Andai aku tak bercerai" dan sederet andaikan-andaikan lainnya. Namun, begitu sempurnanya Islam, agama ini melarang ummatnya untuk menyesali hal yang telah terjadi dan berkata andaikan. ika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664) Sumber: https://muslimah.or.id/3345-perkataan-seandainya-membuka-pintu-setan.ht