Skip to main content

Mengapa Harus Belajar Sejarah?

Andaikan kita boleh mengatakan andaikan. Kita akan berkata,

"Andaikan aku tak sekolah disana, tentu aku tak punya masa kecil yang kelam"

"Andai dulu aku tak menolak lamaran si dia,  pasti jodohku tidak seburuk sekarang."

"Andai aku tak bekerja, anak-anakku tak akan jadi seperti sekarang."
 
"Andai aku tak bercerai"

dan sederet andaikan-andaikan lainnya. 

Namun, begitu sempurnanya Islam, agama ini melarang ummatnya untuk menyesali hal yang telah terjadi dan berkata andaikan. 

ika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Sumber: https://muslimah.or.id/3345-perkataan-seandainya-membuka-pintu-setan.html
ika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Sumber: https://muslimah.or.id/3345-perkataan-seandainya-membuka-pintu-setan.html
ika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Sumber: https://muslimah.or.id/3345-perkataan-seandainya-membuka-pintu-setan.html
"Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)
ika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Sumber: https://muslimah.or.id/3345-perkataan-seandainya-membuka-pintu-setan.html
ika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. (HR. Muslim no. 2664)

Sumber: https://muslimah.or.id/3345-perkataan-seandainya-membuka-pintu-setan.html

Islam memerintahkan kita untuk menatap masa depan dengan mengambil pelajaran dari apa yang terjadi di masa lalu, bukan menyesalinya. 

Perintah Belajar Sejarah


 



Pernahkan kita sadar saat membaca Al-fatihah, kitapun sedang diperintahkan untuk belajar sejarah. Saat kita memohon,

"Tunjukilah jalan yang lurus." (QS. al-Fatihah : 6)

“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Di sinilah tersirat perintah untuk belajar sejarah. Para ulama sepakat bahwa tiga kelompok yang disebutkan dalam ayat terakhir ini adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan para shalihin.

Golongan terbaik ini adalah adalah mereka yang orang-orang terhadulu, mereka yang namanya tercatat dalam tinta emas sejarah.


Tak hanya Al-Fatihah, sebagian besar ayat Al-Qur'an berisi tentang kisah-kisah orang terdahulu. Sahabat yang mulia, Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu berpesan tentang hal ini,

"Orang yang berbahagia (beruntung) adalah orang yang mengambil nasihat (pelajaran) dari peristiwa yang dialami orang lain."

Manfaat Belajar Sejarah

 

Allah Azza wa Jalla berfirman,

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat)."  

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa banyak sekali manfaat dari mempelajari sejarah atau kisah orang-orang sebelum kita. Kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang mereka alami.

Lewat belajar sejarah para Nabi, kita belajar atas kesabaran para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. 

Hanya dengan belajar kisah hidup Nabi Muhammad, kita dibawa pada keagungan akhlak manusia termulia di muka bumi.
Kita belajar dari sejarah bahwa Islam pernah menguasai hampir mengusai sepertiga bagian dunia, yakni pada masa bani Abassiyah dan Umayyah. 


Kita juga belajar dari sejarah Indonesia bahwa kita pernah terjajah, menjadi bangsa budak hampir 3 setengah abad. 
 
Kita juga belajar bahwa meski telah merdeka, Indonesia pernah mengalami sejarah kelam dengan hadirnya PKI. Dimana para jenderal dan ulama dibunuh dengan sangat keji.
 
Lalu mengapa kita masih enggan belajar sejarah? Hanya dengan belajar sejarah, kita bisa memetik hikmah yang terselip dari apa yang terjadi di masa lalu, bukan menyesali atau bahkan menyesalinya.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia.


Comments

Post a Comment