Kini tiba saatnya kita tak lagi sedekat biasanya, nak. Jika sejak lahir Umar Musyaffa' selalu ada di dekapan ummah, kini semuanya berbeda. Biasanya Umar tak bisa jauh dari ummah karena harus menyusu, kita tak lagi. Dulu mungkin Umar tak bisa tidur jika tidak dengan dekapan ummah, sekarang tak lagi, nak. Kau bisa tidur dengan abah, om, mbah, atau siapapun yang dekat denganmu. Semua tak lagi sama, karena kamu telah disapih. Masya Allah Tabarakallah. Allah ingin memberikan hikmah pada kita, bahwa kita akan berpisah. Mau tidak mau, siap atau tidak, kita akan berpisah dengan orang yang kita cinta. Karena tidak ada yang abadi di dunia ini, semua akan sirna, semua akan berpisah. Yang bisa kita perjuangkan saat ini adalah bagaimana kita bisa berkumpul kembali di surgaNya. Yang ummah yakini, bahwa Islam memerintahkan para ibunda untuk menyapih anaknya di usia dua tahun. Tidak dijelaskan waktu yang "saklek", boleh kurang atau lebih dari 24 bulan. Banyak seruan di telinga kanan k
Posts
Showing posts from April, 2022
Published by
Nabila Cahya Haqi
Tiap keluarga memang punya pencapaian masing-masing. Bukan hak kita mempertanyakannya. Kok hidup bertahun-tahun masih ngontrak sih. Enak banget ya, tinggal di pondok mertua indah. Duh, kamu ngapain aja say, kok belum ngumpulin apa-apa, Shopee terus aja sih. Dan sederet kalimat nyinyir lain. Sayapun alhamdulillah belum mendapatkan kalimat terang-terangan bernada nyinyir begitu. Yang jelas, saya memang benci ditanya, "tinggal dimana sekarang? Sama ortu apa udh rumah sendiri?" Ummah tinggal di lantai dua, membersamai orang tua yang tinggal di bawah. Dari atas bisa terlihat jelas pemandangan "KHAS" anak-anak. Ada yang suka mukuli adeknya sendiri, kadang bahkan ditendang dan dikeplaki, si adik hanya bisa nangis merengek. Ada yang pernah membuang sandal kawannya ke genteng di sebelah rumah sambil mesoh-mesoh. Ada yang sukak bully teman-temannya. Ada yang selalu kalah dan berakhir menangis pulang ke rumah orangtuanya. Kemarin, terjadi perenungan mendalam. Apa maksud All
Published by
Nabila Cahya Haqi
Dulu ketika zaman kuliah, sempet kenal beberapa pimpinan aktivis BEM. Meskipun belum sempat nyemplung kesana, tapi menjadi jurnalis kampus membuat saya mengenal kegigihan mereka. Beberapa diantara mereka, anak-anak BEM adalah anak-anak rohis (kerohanian Islam) yang juga aktif berdakwah di kampus. Kebanyakan mereka juga adalah para mahasiswa berprestasi atau dulu disebut mawapres. Beberapa mereka memang anak Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, fakultas yang bersebelahan dengan fakultas saya, FIB. Tapi banyak diantara mereka malah bukan sama sekali anak politik, banyak yang justru dari jurusan MIPA. Saya mengenal betapa mereka dididik untuk memikirkan orang lain. Sebenarnya justru bukan hanya dari para dosen. Melainkan dari keyaninan mereka, bahwa hidup itu bukan hanya tentang hidup. Melainkan tentang bagaimana kita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Bergolak hati saya setelah suami menceritakan kabar terbaru mengenai mereka. Ya, aktivitas menjadi ibu memang membuat saya kadan
Published by
Nabila Cahya Haqi
Teringat beberapa tahun yang lalu. Ummah mengandung Umar yang masih sangat lemah. Bergerak sedikit saja, pendarahan mengucur deras. Bagai orang yang menstruasi, meskipun kenyataannya sedang hamil. Semua orang berpuasa, tarawih, baca Quran, ummah harus terbaring di kasur. Tak boleh sholat di masjid, sholat sambil berdiri, apalagi ikut puasa. Kata orang awam mungkin kandungan lemah. Meskipun pada akhirnya ummah tau, inilah cara Allah menyayangi setiap ibu, memberikan cerita tersendiri agar tak pernah lupa bergantung padaNya. Tahun pertama, tak bisa puasa karena adanya pendarahan saat hamil. Tahun kedua, Umar ASI ekslusif. Awalnya sedikit bahagia bisa ikut puasa. Hari kedua ketiga lancar, ASIpun rasaya cukup. Tapi ternyata di hari ketujuh, BBnya turun drastis. Dia yang awalnya terlihat gemoy, buka terlihat kurus perlahan. Ya Rabb, mungkin inilah salah satu hikmah Allah memberi ruqshoh atau keringanan untuk para busui dan bumil. Akhirnya, genap dua tahun tidak bisa ikut puasa. Hing