Teringat beberapa tahun yang lalu. Ummah mengandung Umar yang masih sangat lemah.
Bergerak sedikit saja, pendarahan mengucur deras. Bagai orang yang menstruasi, meskipun kenyataannya sedang hamil.
Semua orang berpuasa, tarawih, baca Quran, ummah harus terbaring di kasur. Tak boleh sholat di masjid, sholat sambil berdiri, apalagi ikut puasa.
Kata orang awam mungkin kandungan lemah. Meskipun pada akhirnya ummah tau, inilah cara Allah menyayangi setiap ibu, memberikan cerita tersendiri agar tak pernah lupa bergantung padaNya.
Tahun pertama, tak bisa puasa karena adanya pendarahan saat hamil.
Tahun kedua, Umar ASI ekslusif. Awalnya sedikit bahagia bisa ikut puasa. Hari kedua ketiga lancar, ASIpun rasaya cukup.
Tapi ternyata di hari ketujuh, BBnya turun drastis. Dia yang awalnya terlihat gemoy, buka terlihat kurus perlahan.
Ya Rabb, mungkin inilah salah satu hikmah Allah memberi ruqshoh atau keringanan untuk para busui dan bumil.
Akhirnya, genap dua tahun tidak bisa ikut puasa.
Hingga akhirnya di taun ketiga. Terlalu panjang jika diceritakan.
Begitulah, tiap ibu punya cerita tersendiri. Ada yang segalanya terasa mudah. Ada pula yang melalui dengan perjalanan berliku. Hingga akhirnya kita tinggal manut marang Gusti Allah. Allah sediakan skenarionya, kita tinggal menjalankan tugas dan kewajiban kita sebagai seorang hamba.
Lalu bagaimana mengganti puasa untuk ibu hamil dan menyusui.
Untuk kasus yang ummah alami ini, kami memilih untuk membayar fidyah. Penjelasannya ada slide terakhir.
Apapun ceritanya berakhir nanti. Pastikan kamu dalam keadaan iman dan taat pada Allah, ya.
Agar segalanya berakhir dengan happy ending. Tak hanya sampai di dunia saja, tapi juga di surga.
📒Menulis untuk menasihati diri
Follow @nabila_haqi for more parenting healing
Comments
Post a Comment