30 Mei 2017 / 4 Ramadhan 1438 H Wanita juga dikenai perintah untuk menundukkan pandangan, tidak hanya lelaki, dan Drakor adalah contoh fitnah yang harus dijauhi, khusunya oleh wanita. Dalam status di WA, muncul gambar lelaki pemain drakor, dengan caption, "tombo ngantuk". Rasanya ingin saya teriaki, "Ghadul bashor wooooi! Bulan puasa jaga pandangan dong!" Tapi saya tahan, tentu saja karena khawatir tersinggung. Bulan Ramadhan mungkin saja datang sekali ini saja. It could be our last Ramadhan. Sayangnya kita masih susah menjauhi maksiat. Mata ini masih belum terjaga dengan baik. Padahal Jibril mendoakan celaka bagi orang-orang yang ketika Ramadhan datang, ia tak berubah lebih baik. Padahal ada banyak amal yang pahalanya sangat dahsyat! Dijamin keindahakan Ramadhan akan kita rasakan. Apa saja itu? Ustadz Sholeh Drehem, ketua Ikadi Jatim merangkumkannya untuk kita. 1. Puasa Ramadhan Amalan terdahsyat pertama ditempati oleh puasa Ramadhan. Y
Posts
Showing posts from May, 2017
Published by
Nabila Cahya Haqi
3 Ramadhan 1438 H Ceramah Ramadhan oleh Ust. Shaleh Drehem Lc., M.A. Bulan Ramadhan, saatnya kita bertanya. Apa amalan utama yang bisa kita lakukan untuk mengisinya? Terdapar beberapa amalan utama yang harus kita lakukan jika kita tak ingin Ramadhan kita sia-sia. Apa saja itu? 1. Puasa Inilah amalan utama kita di bulan Ramadhan. Karena amalan ini wajib, maka tidak perlu kita bahas panjang lebar. Sami'na wa atho'na. 2. Qiyamullail Rugi sekali jika kita melewati malam tanpa qiyamullail. Saat orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk sholat qiyamu Ramadhan atau sholat tarawih. Maka pastikan diri kita menjadi bagian dari mereka yang menyambut seruan mulia ini. 3. Interaksi dengan Al-Qur'an Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an. Dimana Malaikat Jibril membawa 30 juz Al-Qur'an dan kemudian diturunkan berangsur-angsur. 4. Memperbanyak infaq dan shodaqoh Jika ada di rumah kita, ada uang senilai dengan emas 90 gr. 1 gr 500gr atau berarti 40 juta,
Published by
Nabila Cahya Haqi
Ahad, 28 Mei 2017/ 2 Ramadhan 1438 H "tak pernah sama sekali, ada kekata dan perilaku orang yang bisa menjadi penentu kemuliaan dan kehinaan kita dan tak seorangpun bisa menyakiti, tanpa kita mengizininya maka bercahayalah dalam gelora untuk meraih semua pahala" -Salim A. Fillah "Puasa udah datang lagi. Duh, belum siap. Masih pengen bisa sarapan!" Ungkap salah seorang yang mengeluhkan hadirnya Bulan Ramadhan yang bersamaan dengan perintah puasa. Panas yang terik, angin sepoi teras hangat. Badan pun menjadi lemas, tenggorokan tersiksa karena kekeringan. Mungkin itulah oleh sebagian diantara kita. Kita harus berjuangan melawan keinganan untuk mencicipi seteguk air. Hal ini sungguh berbeda dengan kondisi para sahabat ketika datang bulan puasa. Perintah puasa diturunkan oleh Allah tidak ujug-ujug. Titah ini datang melalui suatu proses panjang. Selama tiga belas tahun kaum Muslimin berjuang menghadapi tekanan, ancaman dan pemboikotan d
Published by
Nabila Cahya Haqi
27 Mei 2017 / 1 Ramadhan 1438 H Hari pertama Ramadhan berasa nano-nano. Seneng iya, tapi juga ada asem dan pahitnya. Tanggal 24 Mei lalu, saya berduka. Karena dua tahun sudah menjadi istri, dan selama itu pula yang kami tunggu belum juga tiba, keturunan. Saya jadi sensitif saat ada teman-teman yang menikah justru setelah kami, secara beruntun hamil. Tiap ada candaan dan obrolan tentang kemahilan mereka, ada rasa takut yang terbersit. Allah.... Tahun kedua Saya terus percaya, penundaan ini bukanlah karena Allah tak sayang pada kami. Melainkan sebuah kesempatan untuk melatih kesabaran kami. Saya juga terus yakin akan janjiNya, bahwa siapa yang berdoa, pasti akan dikabulkan olehNya. Innaka sami'ud du'a'. "انك سمع ادعع " Tahun kedua ini, saya berbahagia. Karena ada orang-orang sholih yang berkenan mendoakan saya. Salah satunya adalah ustadzah tempat saya berguru, bahkan belia adalah seorang hafidz. Bukan disitu saja kegembiraan saja, mereka ti
Published by
Nabila Cahya Haqi
22 Mei 2017 Menanti sesuatu atau seseorang terkadang melelahkan Ramadhan sebentar lagi menjelang, dan aku masih sendiri. Hidup sendiri, melalui malam sendiri hingga berganti pagi dan malam lagi, seterusnya. Sendiri memang bukan nada yang pas untuk diperdengarkan. Mungkin lebih tepatnya sepi. Sepi yang mengambil semua orang dari sekeliling. Sepi yang membuatku nyaris tak bernapas. Aku merindukannya. Kapankah ia datang? Sepi lagi-lagi menjawab, tidak ada siapapun yang akan datang. Menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam kesendirian memang mengerikan. Jangankan membayangkan, mengeja kalimatnya saja membuatku takut. Ketakutan ini terus menerus menggelayut. Hingga aku tersadar, jiwaku sedang rapuh. Kesendirian pasti Berujung Aku sadar sepenuh hati, bahwa pada akhirnya aku juga akan sendiri. Menghadapnya sendiri dengan pertanggung jawaban seberat gunung, bahkan lebih berat lagi. Betapapun aku sedih. Akan lebih menyedihkan lagi memikirkan bangunan 2x1 meter sebag
Published by
Nabila Cahya Haqi
'Happily ever after' , sebuah mantra ajaib yang selalu mengakhiri setiap dongeng putri dan pangeran di masa kita kecil dulu. Kita membayangkan menjadi putri cantik yang apa adanya, lalu seorang pangeran tampan datang menggamit tangan kita dalam pernikahan. Sayangnya, sejak kita dewasa, realita menyulap segalanya. Bahagia tidak pernah kekal selamanya dalam sebuah rumah tangga. Terkadang ada pemandangan yang indah, matahari yang terbit diiringi burung-burung yang bercicit. Namun adakalanya diselingi dengan pemandangan menyeramkan. Suara burung hantu atau malam yang mencekam tanpa cahaya. Meski demikian, percayalah, kata itu bisa kita raih. Bisa. Bahagia, selamanya? Ya, asal kalimat itu diedit menjadi sedikit lebih panjang, “Sang wanita sholihah menikah dengan lelaki sholih, mereka selalu bersyukur saat bahagia menyapa, dan bersabar ketika ujian menghampiri. Mereka berdua khusnul khatimah dan hidup bahagia selama-lamanya di surga Firdaus yang mulia.” Indah, bukan
Published by
Nabila Cahya Haqi
“Kamu kenapa? Lagi pilek ya?” kata sang suami melihat hidung istrinya memerah sehabis sholat. “Sudah berapa kali aku menangis seperti ini, tapi kenapa ia tak juga paham kalau aku punya masalah. Dasar laki-laki, tidak pernah peka.” batin istri. Untuk kesekian kalinya, sang istri menangis lagi ketika berdzikir usai sholat. Masalahnya pun masih sama, mertua yang menguliti habis semua kebiasaannya. Mulai dari caranya cuci baju, memasak, hingga mengurusi rumah lantai dua milik mertua yang ditinggali mereka sejak setelah menikah. Semuanya salah. Hal itu terjadi berulang kali, sebelum sang istri belajar satu hal, komunikasi. Badai itu datang lagi, ia menangis lagi. Tapi kali ini berbeda, “Aku sedang sedih mas.” jawab istri dengan sesunggukan. “Kenapa?” kata sang suami sambil memeluk bidadarinya itu. Si istripun menceritakan semua keluh yang dialami bersama mertua di pundak sang suami. Setelahnya, sang suami menemui ibunya dan memintanya untuk menceritakan keluhannya