Sebenarnya sudah sangat lama ingin bercerita banyak tentang tentang kelahiran Umar. Begitulah jika sesuatu itu ditunda-tunda, tak juga terealisasi hingga sekarang dia sudah hampir berumur dua tahun.
Waktu itu sedang hamil trimester ketiga, badan saya mulai membesar. Hampir semua anggota badan membengkak, tidak hanya kaki yang umum dialami ibu hamil.
Kata dokter di rumah sakit, itu hal yang biasa. Hingga memasuki minggu ke 37 saya beralih rumah sakit dengan dokter kandungan yang dikenal 'pintar'. Mengapa dari awal tidak di dokter itu? Karena untuk bisa periksa ke dokter tersebut, kita harus mengambil nomor antrian sejak dari subuh!
Waktu itu setelah subuh, saya ke dokter bersama suami. Karena merasa baik-baik saja, saya memilih untuk menunggu di rumah sakit saja.
Hingga masuklah saya ke ruang dokter jam 9 an. Sebenarnya saya sudah sering ke dokter itu pada waktu promil, sehingga ia tau betul kondisi saya sebelum hamil dan sekarang saat hamil. Berubah drastis. Sebelum hamil berat badan masih di kisaran 50, tapi saat itu berubah di angka hampir 70.
Dokter meminta saya tiduran di kasur setelah diperiksa. Sebabnya tensinya sangat tinggi, di kisaran 130. Padahal sebelumnya tidak pernah punya riwayat darah tinggi.
Akhirnya saya diminta untuk tes darah. Qadarullah selama kehamilan saya tidak pernah diminta untuk tes darah dan sebagainya.
Ternyata, kata dokter saya positif terkena Preeklampsia. Bayi harus segera dikeluarkan, karena sangat membahayakan ibu dan janin. Jadi saya diminta untuk opname saat itu juga.
Menurut Alodokter, Preeklamsia adalah kondisi dimana terjadi peningkatan pada tekanan darah disertai dengan adanya protein dalam urine. Kondisi ini biasanya terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
Preeklamsia ini harus segera ditangani untuk mencegah komplikasi dan mencegahnya berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin.
Jadi, jika ibu hamil tiba-tiba tensi darahnya tinggi, serta tubuhnya membengkak, maka patut waspada.
Memulai Induksi
"Sudah siapkah?" tanya suami.
"Siap tidak siap, mau bagaimana lagi?" jawab saya.
Sejak siang itu saya hanya berada diatas kasur, bahkan harus dipasang kateter untuk mengecek air yang ada dalam tubuh.
Salah satu aturan yang cukup menyiksa waktu itu adalah dilarang banyak minum. Minum air berubah jadi nikmat sekali.
Suster mengatakan bahwa saya harus segera diinduksi untuk mengeluarkan sang bayi.
Awalnya saya ragu, karena katanya rasanya sakit sekali. Mirip rasanya dengan kontraksi. Dan saya sudah merasakan sakitnya kontraksi saat keguguran dulu.
Saya sempat untuk meminta cesar saja. Tapi keluarga menyemangati saya untuk berjuang dulu.
Tapi mau tidak mau, kontraski memang harus dilalui. Toh, mayoritas ibu juga pasti merasakan sakitnya kontraksi.
Dan akhir-akhir ini saya menyadari bahwa melihat anak sakit tak berdaya ternyata jauh lebih perih daripada rasa kontraksi.
Baiklah, bismillah.. suami menandatangani surat untuk diinduksi.
Induksi masuk... masyaAllah rasanya... rasa sakit itu datang tiap beberapa menit.
Perawat melakukan cek adanya pembukaan. Ternyata pembukaan hanya 2.
Hari Kedua
Induksi dimasukkan kembali. Hasilnya masih sama, hampir tidak ada pembukaan.
Perawat minta saya turun dari kasur untuk bergerak. Sungguh susah mengkondisikan infus dan kateter untuk turun dari kasur.
Dilakukan cek pembukaan lagi, masih hampir tidak ada pembukaan. Berkali-kali perawat melakukan cek yang menyakitkan itu. Hasilnya sama, hanya bukaan 2.
Hari Ketiga
Hasilnya masih nihil. Di hari ketiga ini dokter saya melakukan operasi di ruangan persis sebelah saya. Lalu setelahnya mencek kondisi saya. Dokter mengatakan, "Jika belum ada hasil dari induksi, berarti bayinya harus dikeluarkan paksa ya."
Karena memang pembukaan juga tidak terjadi, akhirnya cesar harus dilakukan. Esok harinya seusai sholat subuh, saya bersiap untuk melakukan operasi cesar.
Sejak awal saya memang sudah pasrah apapun kehedak Allah. Hanya dzikir dan doa dari suami dan keluarga yang menjadi kekuatannya.
1 Desember 2019
Jujur saya sangat tegang saat didorong untuk naik lantai dua hingga ke ruang operasi. Apalagi suami tidak boleh masuk. Berbeda dengan yang saya lihat di video-video di Instagram yang suaminya ikut mendampingi di dekat kepala istri.
Banyak saya baca bahwa bius yang disuntikkan di punggung terasa sangat sakit. Saya takut, hanya dzikir yang menenangkan.
Akhirnya saya diminta miring, dan dokter anastesi mulai menyuntikkan bius. Ternyata tidak sesakit yang dibayangkan. Sebelumnya saya sudah kenyang suntikkan selama tiga hari.
Saya sempat dengar suster berkata, "Saya sudah cubit, ga kerasa". Tak lama kemudian, hanya beberapa menit terdengarlah suara tangisan bayi.
Allahuakbar! Saya tak bisa menahan tangisan air mata.
Baca juga: Kisah Penantian Buah Hati
Ternyata berakhir sudah semua perjalanan menanti buah hati hingga melahirkan. Dan babak baru perjuangan berikutnya telah menanti.
Alhamdulillah, seorang bayi telah lahir ke dunia, tak hanya itu, telah lahir pula seorang ibu yang akan melukis cerita-cerita selanjutnya.
Hai Miss Nabila, kunjungan perdana nih.
ReplyDeleteAdi igat pas lairan dulu (horor) eeh. Memang proses melahirkan itu jihad seorang wanita ya, rasanya nano-nano.
Wahhh memang betul banget Mba
ReplyDeletePerjuangan seorang Ibu sungguh luar biasa
Sangat inspiring, mba
Alhamdulillah berjalan lancar lahiran sesarnya, meski harus melewati induksi dulu..
ReplyDeleteMemang sekarang perihnya lebih saat lihat anak sakit ya, Mbak..kayaknya proses lahiran dah hilang sakitnya saat denger tangisan bayi kita
Aku dulu juga di RS yang suami ga boleh ikut masuh...aku plasenta previa jadi memang dari awal didiagnosa harus sesar karena membahayakan bayinya dan ibu karena risiko pendarahan besar.
Masha Allah, alhamdulillah sehat selamat semua ya. Memang membahayakan Mbak kalau ibu hamil sampai kena preeklampsia, teman saya ada yang sampai masuk ICU beberapa hari setelah melahirkan karena preeklampsia ini. Alhamdulillah cepat diambil tindakan buat menyelamatkan ibu dan bayinya..
ReplyDeleteNgomongin operasi sesar jadi ingat juga pengalaman saya yang sudah lebih dari 24 jam kontraksi tapi pembukaan stuck, pas dibius buat sesar yang kata orang sakit malah nggak berasa saking udah kenyangnya ngerasain kontraksi 😅
Saya bisa merasakan naik turun emosinya mbak, dulu saya juga didiagnosa preeclampsia. Cuma gak pakai induksi. Masih bingung kenapa kok bisa darah tinggi
ReplyDeleteMasyaallah setiap kehamilan mempunyai cerita yang berbeda2 ya. Seorang ibu memiliki perjuangan yang berbeda2. Tidak ada yang memapu menandingi beratnya cobaan ibu yang harus melahirkan dengan kondisi khusus.
ReplyDeleteSaya jadi inget persalinan anakku dulu, awalnya diagnosis placenta previa tapi alhamdulillah saat usia kandungan trimester tiga posisi udah bagus. Hanya saat persalinan air ketubannya rembes jadi diinduksi juga akhirnya. Alhamdulillah setelah itu lancar. Alhamdulillah akhirnya Mba Nabila melewati semuanya. Berarti sekarang anaknya udah ada 2 tahun mungkin ya? Sehat-sehat buat Mba dan keluarga di rumah, ya
ReplyDeleteWaktu diinduksi itu emang rasanya nano-nano ya. Wow super sekali. Aku ngalamin yang anak pertama meski bukan preeklampsia. Huhu jadi inget pas lahiran dulu
ReplyDeleteDuh saya jadi ikut tegang bacanya. Alhamdulillah ya akhirnya bayi dan ibunya sehat selamat.
ReplyDeletePengalaman luar biasa nih. Terimakasih sudah berbagi
Cerita Mbak Nabila kok bikin mewek ya, perjuangan seorang Ibu luar biasa ya, mbakðŸ˜
ReplyDeleteSakitnya double, kontraksi iya lalu caesarðŸ˜
Ditunggu lukisan cerita selanjutnya ya, Mbak Nabila
Salam kenal ya, Mbak
Ya Allah mbak, perjuangan banget ya mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah Allah mudahkan ya mbak
Ditunggu cerita selanjutnya
MasyaAllaah kisah preeklampsinya mirip banget dengan kakak iparku..
ReplyDeleteKebetulan waktu itu aku juga nemenin detik2 beliau mau melahirkan, sampe ngga bisa senyum saking begitu kuat sakitnya yang datang.
Terharuu bangett yaa, alhamdulillaah semoga sehat2 selalu ya mbaa
Sama banget ni mba. Aku ga ada riwayat darting, malah cenderung rendah. Hamil 1 2 3 sempat naik tek darah sesaat. Alhamdulillah pas kehamilan pertama protein urin negatif. But stil,, hamil berikut-berikutnya jadi parno.
ReplyDeleteIkut merasakan ketegangan saat proses ini berlangsung mba. Alhamdulillah yaaa.. ibu dan bayi selamat, sehat sehat hingga saat ini. Kebayang deh rasanya diinduksi. Enggak diinduksi aja sakitnya kayak gitu mba, apalagi pake induksi. Luar biasa memang ya ibu ibu seluruh dunia nih.
ReplyDeleteMasyaAllah perjuangan melahirkan berasa di ambang hidup dan mati ya Mbak.... Alhamdulillah semua dalam keadaan sehat
ReplyDeleteSaya jadi penasaran kenapa harus diinduksi dulu ya, mbak nggak langsung disesar aja? Biasanya kalau preeklamsia kan memang harus sesar ya?
ReplyDeleteMasyaAllah, perjuangan ibu melahirkan itu berjuta rasanya ya, Mbak. Preeklampsia ini wajib banget diketahui oleh ibu hamil supaya waspada. Karena kalau nggak ketahuan bisa berakibat fatal bagi ibu dan janin. Alhamdulillah Mbak Nabila dan Umar bisa melalui dengan baik.
ReplyDeleteMasyaAllah perjuangan yang berakhir indah ya mbak. Sekarang kalau melihat anak-anak mudahan yang diingat yang baik-baik ya mbak. Proses melahirkannya semoga Lupa. Saya bacanya saja ngilu asli
ReplyDeletewah... inspiratif mba. perjuangan seorang ibu ya. yaaa bisa ambil hikmah jg nih buat saya
ReplyDelete