Supply yang terbatas dengan demand yang tinggi, membuat madu begitu banyak dicari. Begitu dicari karena khasiatnya yang sejak dulu dikenal bagus untuk tubuh. Mulai dari untuk menjaga stamina, hingga untuk mengobati berbagai penyakit.
Demand yang tinggi ini dimanfaatkan oleh para oknum, sehingga mereka mensupply dengan jumlah yang sangat besar serta dengan harga yang sangat murah.
Hampir 90% madu yang terdapat di pasar Indonesia saat ini adalah madu tidak murni (Kompasiana, 2011). Banyak cara yang dilakukan orang untuk memalsukan madu. Madu yang dipalsukan dibuat dari berbagai macam pemalsu, diantaranya dengan kecap, gula pasir, gula aren, air tape, karamel, gelatin, sagu, Carboxy Methyl Cellulose (CMC), dan untuk mendapatkan busa digunakan air kapuk ataupun larutan berkarbonasi lainnya. Pemalsuan madu dapat merugikan konsumen karena konsumen membeli madu bertujuan untuk dapat merasakan khasiat dari Madu.
Begitu
ironis, ketika diketahui ternyata para oknum ini begitu banyak jumlahnya. Dan
bahkan mereka mensupply produsen madu hingga masuk ke instansi-instansi, ke CV-CV,
ke berbagai produsen madu kemasan. Bahkan permintaan pasar untuk 1 Pengepul saja
bisa mencapai lebih dari 4 ton per bulan.
Untuk mensupply permintaan pasar, seringkali mereka akali dengan mengoplosnya, dan bahkan hingga membuat madu palsu (sintetis).
Dan yang membuat ironis lagi, mereka mengemasnya dengan nama-nama islami, menulis berbagai manfaat madu di kemasannya, hingga mengutip ayat tentang khasiat madu.
Berbagai jenis madu yang bermasalah tersebut, diantaranya:
Ada yang
100% essen dan karamel di klaim madu
Ada yang
madu murni di oplos frutus atau glugus
Ada madu
murni di campur perasan nanas
Ada yang
lebahnya di kasih makan frutus, glugus, gula rafinasi atau makanan manis
lainnya lalu di panen.
Ada yang
meraciknya dari gula, kecap manis, soda kue, dan
pengembang.
Ada
yang dibuat dari sirup jagung, sirup tebu, sirup gula (tetes) dilabelkan di
kemasan sebagai madu.
Dan
masih banyak lagi kreatifitas para oknum dalam membuat cairan yang diklaim
sebagai madu.
Fenomena ini membuat opini di kalangan Masyarakat, bahwa madu yang benar-benar murni, diperkirakan tidak sampai 15% saja yang beredar. Bahkan ada peternak yang mengklaim, bahwa tidak ada madu yang benar-benar murni, kecuali melihat panennya secara langsung.
Ditambah lagi dengan test uji madu yang beredar di masyarakat, yang bahkan juga beredar di berita-berita mainstream tanah air. Yang kesemuanya itu ternyata masih bisa diakali oleh produsen Madu Palsu.
Ada yg menyebut, bahwa madu murni itu tidak beku di freezer semalaman. Namun, madu sintetispun jika kadar airnya sangat rendah, ia juga tak akan beku di freezer.
Ada yang menyebut, madu murni itu akan membentuk hexagonal jika di tuangkan di piring dan digoyang-goyangkan dengan air. Namun sayangnya, kecap atau larutan gula yang tinggi glukosa, akan membentuk hexagonal dengan perlakuan yang sama.
Ada yang menyebut, madu murni itu tidak mudah terserap jika dituangkan di tissue. Namun sayangnya, madu sintetispun tidak akan terserap tissue. Ini karena kadar airnya yang sangat sedikit (di bawah 20%)
Dan yang lebih ironis lagi, ada produsen madu yang mengklaim produknya murni. Mereka berani jamin dengan mengembalikan berkali kali lipat jika produknya terbukti palsu, asalkan dibuktikan dengan uji lab.
Gimana
coba.... Pembeli mana yang tidak yakin dengan produknya jika iklannya saja
seperti itu? Lagipula, tidak akan ada konsumen yang mau repot-repot uji lab, lah
wong biayanya sangat mahal.
Begitulah adanya. Secara fisik, Madu murni dan madu sintetis memang sulit dibedakan.
Madu murni itu, khasiatnya akan cepat terasa setelah dikonsumsi. Untuk badan yang bermasalah, badan akan terasa hangat setelah diminumkan madu. Adapun untuk orang sehat, ia akan merasakan bahwa badannya tidak mudah lelah ketika beraktifitas berat.
Berbeda dengan madu sintetis. Rasa yang membekas hanya manisnya saja. Adapun khasiatnya, ia tidak akan terasa.
Bahkan, jika madu sintetis itu diminum berulang setiap hari, maka akan berpotensi besar menimbulkan penyakit jantung koroner dan diabetes tipe 2. Karena madu sintetis mengandung indeks glikemik sangat tinggi yang itu tidak baik untuk kesehatan.
Pernah ada suatu kasus, salah seorang rekan kami (tenaga medis) bercerita bahwa ada seorang pasien berusia SMP di sebuah Rumah Sakit. Ia divonis penyakit diabetes tipe 2. Setelah ditelusuri, ternyata ia diminumkan madu rutin oleh ibunya sejak kecil. Lalu yang menjadi pertanyaan, madu jenis apakah yang dia minum? Pastinya bukan madu murni, diduga kuat madu sintetis alias madu palsu.
Maka pertanyaan selanjutnya adalah, madu jenis apakah yang anda minum?
Jangan korbankan kesehatan Anda dengan minum sesuatu yang membahayakan diri Anda. Pastikan anda meminum madu yang murni. Karena madu murni dapat mengobati berbagai penyakit, bahkan penyakit yang tidak dapat kita rasakan sekalipun.
Btw, kami menemukan karya tulis ilmiah, yang didalamnya membahas cara mengetes madu murni secara sederhana, yang bisa dilakukan oleh siapapun di rumah, tentunya dengan biaya yang murah. Apakah anda berminat untuk dibahas?
Semakin banyak yang berminat Insyaallah akan dibahas. Jika tidak ada peminatnya, maka kami akan bahas dengan tema yang lain. Kami tunggu komentar anda.
InsyaAllah berminat utk dibahas.. karena rugi juga niatnya beli madu supaya dapet manfaat dsb nya tp malah kena zonk gara2 maduny palsu,meskipun murce..
ReplyDeleteBoleh...dong..., sharing is caring... ������
ReplyDeleteDibahas dong,, biar ada pencerahan ga penasaran.. Tengkyu sharing nyaa
ReplyDeleteBahas sampai detail
ReplyDeleteSangat berminat....penting bangat itu Gan.......
ReplyDelete