Pernahkah anda beli madu, namun ketika
botolnya dibuka, ada semacam gas bertekanan keluar sehingga seperti meletup
atau ada ledakan kecil? Kira-kira fenomena ini apakah menandakan bahwa madu
dalam kondisi tersebut merupakan ciri dari madu asli? Atau malah sebaliknya,
justru itu madu palsu?
Baik madu asli, maupun madu palsu,
keduanya sangat bisa sama-sama mengeluarkan gas. Namun yang menjadi pertanyaan,
bagaimana cara membedakannya? Berikut ini bisa menjadi wawasan bagi anda dalam
menyikapi fenomena tersebut.
Photo by Heather Gill on Unsplash |
Madu asli, bisa mengeluarkan gas. Dan ini
sangat mungkin terjadi, khususnya pada madu Indonesia, dimana tingkat kadar
airnya mayoritas di atas 18%. Fenomena ini (madu yang mengeluarkan gas)
disebabkan karena adanya aktifitas Fermentasi pada madu. Fermentasi adalah aktifitas
perubahan mikrobiologis yang rentan terjadi pada madu, yang disebabkan oleh
Ragi jenis tertentu. Dalam hal ini, Hanya ragi osmofilik yang dapat tumbuh dalam
konsentrasi gula yang tinggi (yang terkandung pada madu). Keberadaan ragi atau
khamir ini ada di mana-mana, baik dalam madunya sendiri, pada nektar, interior
sarang, debu, bahkan pada tanah. Tingkat penggandaannya meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar air. Kadar air di bawah 18%, kemungkinan fermentasi kecil,
akan tetapi bukan berarti tidak akan terjadi. Aspek fermentasi ini tergantung
pada faktor-faktor seperti jumlah ragi (fungi berupa khamir) dan faktor
pertumbuhan lainnya seperti suhu, distribusi semisal goncangan, dan lain sebagainya.
Madu kemasan, khususnya madu import, dalam
mengurangi kadar air pada madu, biasanya dilakukan proses pasteurisasi. Metode
ini dinilai cukup efektif, prosesnya cepat, serta bernilai ekonomis, yakni
dalam membunuh ragi osmofilik penyebab fermentasi. Proses ini dapat membunuh Ragi
osmofilik setelah hanya beberapa menit terpapar suhu antara 60 hingga 65 0C.
Jika madu dipanaskan dan didinginkan dengan cukup cepat, maka dapat
meminimalisir kerusakan yang terjadi pada madu. Seringkali perawatan
pasteurisasi ini memiliki dua fungsi, pencegah fermentasi dan penunda
kristalisasi.
Hanya saja, pasteurisasi dalam skala kecil
hanya dapat direkomendasikan untuk keadaan darurat dan bukan sebagai prosedur
rutin seperti yang digunakan di banyak tempat. Madu yang dipasteurisasi perlu
dibotolkan dalam lingkungan yang bersih untuk mencegah infeksi ulang dengan
ragi yang ada di mana-mana. Namun demikian, madu yang dipanaskan meskipun pada
waktu yang singkat, tetap akan mengalami penurunan kualitas. Madu dengan kadar
air tinggi perlu dipertimbangkan dengan baik jika untuk pengiriman jarak jauh,
karena wadahnya bisa meledak. Di sisi
lain, madu yang terlalu lama dibiarkan berfermentasi, akan mengalami penurunan
kualitas seiring berjalannya waktu. Maka suatu keharusan jika fermentasi pada
madu benar-benar dapat dicegah sebisa mungkin, agar kualitas madu tetap
terjaga.
Untuk mencegah agar madu tidak mengalami
penurunan kualitas secara drastis, maka perlakuan yang baik, dalam hal ini
penyimpanan yang baik, adalah suatu keharusan untuk dilakukan. Penyimpanan yang
baik, dapat menjaga kualitas madu agar tetap baik, sehingga khasiatnya
benar-benar dapat dirasakan ketika dikonsumsi. Tentang cara penyimpanan yang
baik ini insyaallah akan dibahas di postingan selanjutnya.
Jika dikatakan madu murni tidak ada
expirednya, maka ini klaim yang keliru. Madu murni bahkan bisa rusak mutunya
seiring dengan lamanya penyimpanan, terlebih jika tidak disimpan secara benar.
Bahkan perlakuan yang buruk, dapat merusak madu bahkan dalam hitungan jam.
Tentu kita ingin meminum madu agar dapat merasakan khasiatnya. Bukankah begitu?
Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan, Apakah
madu palsu juga bisa mengeluarkan gas? Ternyata iya, madu palsu juga bisa
mengeluarkan gas. Yakni dengan menambahkan cairan yang dapat mengeluarkan gas,
misalnya air kapuk, air dari tape, dan lain sebagainya. Sejauh pengetahuan
kami, yang membedakan adalah bentuk buihnya. Buih pada madu palsu cepat hilang,
sedangkan buih pada madu murni awet, bahkan dalam beberapa menit pun belum
tentu bisa hilang semua. Hal ini diduga karena terdapat surfaktan pada madu murni.
Ringkasnya, jika
madu murni semakin encer, maka akan semakin mudah berfermentasi. Semakin mudah
berfermentasi, maka kualitas madu akan semakin cepat menurun. Lalu yang menjadi
pertanyaan, apakah madu kental lebih bagus? Sebelum menjawab, perlu dilihat dulu.
Jika itu madu murni lokal, tanpa melalui proses pemanasan, maka jawabannya iya.
Namun jika kentalnya karena proses campuran, maka tentu jawabannya tidak.
Mengingat banyak sekali madu oplosan yang beredar di negara kita, diklaim
sebagai madu murni 100%. Dan ironisnya, sangat banyak sekali konsumen yang
tidak tahu. Sebagai
contoh, madu randu, yang baunya harum segar sangat khas itu, bisa dioplos
hingga menjadi 5 kali, tanpa mengurangi kekentalannya. Kalau bukan orang yang
berpengalaman, tentu akan sulit untuk membedakannya, mengingat bau madunya pun
masih bisa berbau khas madu randu. Sepertinya menarik jika suatu hari kita membahas
fenomena madu palsu.
Oleh: Agus Suprapto (Owner Al Musyaffa Honey)
Oleh: Agus Suprapto (Owner Al Musyaffa Honey)
Suangaaarrrr
ReplyDeleteLoh... Dikomen bossque ruek... 😁
Delete