Skip to main content

Jurnal Puasa Pekan 3

Ramadhan sudah berada di depan mata. Kurang lebih sudah 5 hari lagi. Rasulullah dan para sahabat dahulu selalu berlomba-lomba menambah amal sholih saat menyambut bulan Ramadhan. Nah, bagaimana dengan saya dan kita semua?


Bulan ini memang unik dan spesial. Kita punya banyak waktu luang disebabkan harus terus berdiam diri di rumah. Jika biasanya suami saya hanya ada di rumah sore dan malam hari, kini ia ada 24 jam bersama saya dan baby Umar.

Masalahnya adalah apakah waktu yang luang ini sudah kita manfaatkan dengan baik. Sebuah poster dakwah mengingatkan tentang hal ini, dengan saya rubah sedikit redaksi ya,

Kita semua punya jatah waktu luang yang sama banyak. Ada yang memanfaatkannya dengan menghafal Qur'an, mengikuti kajian online, hingga baca buku. 

Namun ada pula yang maraton nonton drama korea, stalking, hingga goleran siang malam.
Pertanyaannya, kita ada di kelompok yang mana?

Menjawab pertanyaan ini rasanya sedikit menyesakkan, karena ternyata banyak sekali waktu yang terbuang percuma.

Tantangan Puasa Toxic Kehidupan 

Alhamdulillah, saat ini Allah beri kesempatan saya untuk mengikuti tantangan puasa dari kelas Bunda Cekatan, Ibu Profesional.

Tantangan ini membuat saya harus puasa banyak hal, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya.

Baca: Puasa Pekan Pertama 



Salah satunya adalah puasa gadget. Rupanya, saya menghabiskan waktu 40 menit sampai 1 jam untuk membuka Facebook. Itu baru Facebook, bagaimana dengan Instagram dan WhatsApp?


Jurnal Puasa Pekan Ini

Alhamdulillah untuk puasa gadget, saya sudah lumayan baik, meski belum sempurna. Hanya ada 3 hari yang menghabiskan waktu lebih dari 1 jam. Selebihnya, tidak sampai 1 jam.

Saya juga berhasil puasa Instagram dengan uninstall IG. Mengapa? Karena saya sering kalap stalking para artis, hehe.

Nah, pekan ini puasa saya harus lebih baik lagi. Saya akan pasang target cek Facebook kurang dari 30 menit sehari. Bismillah, semoga berhasil.

Selanjutnya adalah puasa jajan dan masak. Sayangnya puasa jajannya ambyar oleh tukang bakso, soto dan rujak uleg di depan rumah. Tapi setidaknya saya sudah berusaha untuk umek dapur untuk eksperimen hampir tiap hari.

Hasilnya? Saya berhasil bikin bakso sendiri, skotel makaroni, lontong kupang nasi kerang, dan lain lain.

Bahagia? Tentu saja! Apalagi saat dapat pujian enak dari pak suami. Dan bukan hanya sekedar itu, pujian kan bisa bohong. Tapi suami makannya juga jadi lahap. Ga kayak dulu yang kadang pas makan sampai hoek, hoek.

Tantangan 30 hari untuk menulisnya ternyata juga ambyar, belum berhasil. Tapi alhamdulillah tantangan untuk mulai berbisnisnya berhasil. Sayangnya kok labanya dikit banget ya. Tapi tak apalah, meski sedikit harus tetap bersyukur.



Sekian dulu laporan puasa pekan ini. Semoga esok lebih baik lagi, Aamiiin.

Comments

Post a Comment