Skip to main content

Cara dan Pengalaman Berhasil Sembuh dari Sindrom Introvert



Alhamdulillah sudah dua bulan saya genap melewati segala keriwehan menjadi seorang ibu. Selain itu, hampir dua bulan pula saya menjejak menjadi calon "Bunda Cekatan" di salah satu tahapan Institut Ibu Profesional. Artinya masih ada sekitar 70% lagi untuk dapat gelar itu.

Memasuki pekan ke-3 di tahapan kedua ini, saya mendapat tantangan untuk mencari teman yang se-passion.

Akhirnya saya masuk juga di keluarga "WebS", Website-Blog-Seo, keluarga yang hati dan pikirnya ada pada seputar dunia tulis menulis digital ini.

Mengapa saya nyemplung kesini? Padahal ada beberapa keluarga lain seperti "Sastra" atau "Parenting" yang juga saya minati.

Setelah merenung sambil nidurin si bayi, akhirnya saya kembalikan ke project yang ada di mind map yang saya buat beberapa pekan lalu. Ya, target saya tahun ini, peningkatan penghasilan bulanan saya meningkat dari ngeblog ini.

Sayangnya sebagai mantan pengidap introvert, masih susah buat saya untuk membangun bonding pada teman-teman yang baru dikenal di grup WhatsApp.

Sembuh dari Sindrom Introvert


Saya terus menerus belajar agar berhenti menjadi seorang introvert. Caranya? Saya rangkum trik ini sejak saya sadar bahwa menjadi introvert kelas kakap itu menyakitkan. Gak punya teman, bingung mau ngomong apa saat yang lain berbincang, hingga harus sendirian saat ke kantin. Hiks.

Ada beberapa cara agar kita para manusia introvert, bisa sembuh dan berbahagia dengan banyaknya lingkaran persahabatan.

1. Bergabung ke Komunitas 

Sejak jaman sekolah saya hobi sekali bergabung ke berbagai komunitas. Sayangnya, meski punya banyak organisasi, saya jarang punya teman akrab di kelas. Aneh ya? Atau memang sudah mengalami? Sesama introvert biasanya paham.

Nah, cara pertama ini akan terus melatih kita untuk berempati pada orang lain, berani untuk memulai pembicaraan, dan agar bisa terlibat pada berbagai pembicaraan, tidak hanya jadi pendengar setia, hehe.

Tidak mengapa jika di beberapa lingkaran pertemanan kita masih kagok untuk berbaur. Toh, kita punya kemauan untuk terus belajar bersosialisasi, kan?

2. Luangkan Waktu Khusus untuk Sekedar Chit Chat

Sejak jadi emak-emak, saya mulai sadar pentingnya sosialisasi dengan tetangga. Jadi meski dikata mertua masih suka ndekem di lantai atas, saya selalu berusaha meluangkan waktu untuk turun dan mengobrol.

Biasanya saya cari saat moment mau jalan keluar atau belanja. Cara ini cukup efektif asal kita bisa istiqomah.

3. Jangan Gampang Baperan

Nah, introvert ini biasanya suka banget mendem perasaan. Saat sudah sadar dan pengen sembuh, kita harus mulai meminimalisir rasa baperan ini.

Meminjam kalimat dari teman Facebook yang juga di kelas Ibu Profesional, saat ada hal yang membuat hati bergolak, katakan,

"Tarik nafas, istighfar, let it go, let it go".

Item terakhir ini memang yang paling susah. Butuh belajar tentang tazkiyyatun nafs juga agar berhasil menaklukannya. Sayapun sampai sekarang masih harus terus melatih hati.

Ya, daripada bosen terus disini, saya akhiri sharing kali ini. Semoga ada sedikit inspirasi dari celotehan saya.

Terima kasih sudah mau mendengarkan curhatan saya.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Comments