Skip to main content

Menggelorakan Semangat Membaca dan Menulis



Sudah berapa lembar buku yang kita baca hari ini?

Sudah berapa halaman yang kita tulis?

Sudah berapa majelis ilmu yang kita datangi pekan ini?

Hari-hari ini saya merasakan kurangnya semangat. Bagaimana dengan sahabat? Apakah merasakan hal yang sama?

Jika iya, berarti sahabat berada pada bacaan yang tepat. Karena ditengah-tengah pudarnya semangat, saya berhasil mengumpulkan tips menggelorakan semangat baca tulis.

Semangat Membaca dan Menulis Generasi Para Ulama 



Imam Syafi'i berkata,

"Saya seorang yatim yang tinggal bersama ibu saya. Ia menyerahkan saya ke kuttab (sekolah yang ada di masjid). Dia tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada sang pengajar sebagai upahnya mengajari saya.

Saya mendengar hadits atau pelajaran dari sang pengajar, kemudian saya menghafalnya. Ibu saya tidak memiliki sesuatu untuk membeli kertas.

Maka setiap saya menemukan sebuah tulang putih, saya mengambilnya dan menulis di atasnya. Apabila sudah penuh tulisannya, saya menaruhnya di dalam botol yang sudah tua”

(Jami’u Bayanil Ilmi wa Fadhilihi, Ibnu ‘Abdil Barr, 1/98).

Ah, malu rasanya mendengar betapa luar biasanya Sang Imam dalam menulis dan menuntut ilmu.

Kita tak perlu menulis di tulang, kertas-kertas dan buku-buku putih tersedia di setiap kolong meja kita. Bahkan laptop dan gagdet pun ada di tangan kita. Nyatanya semua fasilitas itu tak membuat kita tergerak untuk menulis.

"Itukan Imam Syafi'i, generasi salaf yang kondisi keislaman masih sangat kental, berbeda dengan kita yang berada di zaman modern."

Baiklah, jika kita punya pendapat seperti itu. Namun coba kita belajar dengan ulama yang satu ini. Beliau ulama khalaf, atau ulama dari generasi kita, zaman modern.

Tak jauh berbeda dengan Imam Syafi'i, Syaikh Dr. Syadi bin Muhammad Ali Nu'man hafidzahullahu ta'ala juga memiliki semangat membaca dan menulis yang sangat menggelora.

Ulama dari Yaman ini membiasakan dirinya membaca buku hingga 14 jam dalam sehari dan sisa waktunya digunakan untuk menulis.

MasyaAllah, bukankah itu berarti lebih dari setengah hari Beliau gunakan untuk membaca dan menulis? lalu bagaimana dengan saya dan Anda?

Belajar dari Sang Ulama' Yaman


Di usia yang masih muda, 25 tahun, Syaikh Dr. Syadi telah memperoleh gelar Doktoral. Beliau juga telah menulis banyak sekali kitab, berjilid-jilid pula. Contohnya adalah kitab Jami' Turats al-'Allamah al-Albani Fil 'Aqidah.

Saat berkunjung di Indonesia, Dr. Syadi membagi tips menggelorakan semangat membaca. Tips ini juga bisa dipakai agar kita bersemangat untuk menulis. Beberapa diantaranya adalah berikut.

1. Memulai dengan buku yang ringan dibaca.


Mengantuk ditengah-tengah baca buku? Kita banget ya, hehe. Nah, salah satu tipsnya adalah dengan memilih buku yang sesuai dengan minat kita.

Misal kita suka dengan kata-kata yang puitis, kita bisa memilih buku-buku Salim A. Fillah.

Jika kita tertarik pada bisnis, namun enggan dengan berbagai teori bisnis, kita bisa membaca buku-buku Ippho Santosa.

2. Berteman dengan Kawan-kawan yang Hobi Baca


Tips ini tak asing lagi bagi kita. Ya, mencari komunitas. Indonesia memiliki banyak sekali komunitas membaca dan menulis, salah satunya adalah Blogger Muslimah Indonesia yang memiliki banyak program untuk meningkatkan semangat baca para anggotanya. Sedang untuk laki-laki mungkin bisa mengikuti Forum Lingkar Pena, serta masih banyak kepenulisan lainnya.

3. Hindari Membaca di tengah Orang-orang yang Sedang Bicara


Pastikan kita tak membaca buku di tengah-tengah orang yang sedang ngobrol. Jika kita memaksakan, yang terjadi adalah fokus kita yang pecah. Bahkan bisa jadi kita juga akan larut dalam obrolan.

Jika teman-teman kita sedang ngobrol, baiknya kita ikut ngobrol saja, tak perlu baca buku. Karena mereka bisa mengira kita asosial, hehe.

Demikian sekelumit cara menggelora semangat membaca dan menulis. Semoga bermanfaat dan semoga kita bisa mengamalkannya.

#PostinganTematik
#BloggerMuslimahIndonesia

Tulisan ini diikutsertakan dalam Postem (Postingan Tematik) Blogger Muslimah Indonesia.

Comments

  1. Nice share Mbak Nabila... semoga kita semua dapat meneladani kecintaan para ulama akan ilmu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Ya Rabb..terima kasih sudah mampir Mbak, salam kenal :)

      Delete
  2. Teladan para pendahulu kita seharusnya menjadikan introspeksi ya mbak. Sulitnya fasilitas tidak memudarkan semangat untuk tetap menulis, meninggalkan jejak ilmu yang bermanfaat.

    Terimakasih sharingnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita bisa meneladani mereka.. Amiin..

      Sama2, makasih Uda mampir :D

      Delete
  3. Selalu tutup muka karena malu jika disebutkan ulama -ulama yang notabene pecinta membaca dan menulis itu. Semoga kita bisa meneruskan jejak mereka dan menularkan semangat itu pada anak-anak kita, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba, saya juga malu.. terlalu jauuuuh dari mereka..

      Delete
  4. Membaca buku 14 jam sehari itu waaau banget, saya yang ngaku hobi baca dari kecil saja, cuma bisa maksimal 5 jam perhari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kita sekolah aja cuma fullday maksimal 8 jam, itupun udah capek banget..

      Delete
  5. Semoga kita bisa meneladani kebaikan yang dicontohkan para pendahulu kita. Juga memberikan teladan yang sama untuk anak-anak kita..:)

    ReplyDelete
  6. Malu rasanya kalau mendengar semangat para pendahulu. Sementara kita yang segalanya mudah justru melempem Yo Mba semangatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Malu banget, tapi begitulah, tak boleh menyerah untuk terus berjuang.. :)

      Delete
  7. Kalo membaca meski tinggal di desa masih mudah dilakukan tapi kalo datang ke majelis ilmu itu yg sulit untuk datang.

    ReplyDelete
  8. belajar dari ulama yang senang menulis, luar biasa, pengetahuan baru bagi saya, nice post mba :)

    ReplyDelete
  9. Merinding baca kisahnya para ulama yang rajin membaca hingga mendapat ilmu yang masyaAllah..

    terimakasih tips-nya Mba.. harus dipraktekin nih, kudu memulai untuk rajin baca di rumah (dan ngajakin orang2 serumah juga :) )

    ReplyDelete
  10. Selalu ada rasa kagum yang luar biasa tiap kali membaca kisah para ulama, kisah orang-orang shalih.

    ReplyDelete
  11. Terima kasih mba tips nya. Aku termasuk yg gak bisa baca di tengah2 orang ngobrol ^^

    ReplyDelete
  12. Terima kasih mba tips nya. Aku termasuk yg gak bisa baca di tengah2 orang ngobrol ^^

    ReplyDelete
  13. Tips yang perlu ditiru ini. Keren Mba.

    ReplyDelete
  14. tipsnya sering aku lakuin nih membaca yang ringan kalau lagi jenuh....
    pinginnya sih bisa membaca setiap saat, tapi kadang memang teralihkan dengan hal lain yang lebih menarik.

    ReplyDelete
  15. That's right tipsnya. Tapi kalo kepepet tetep membaca d tengah2 orang ngobrol, kya mo UAS ato mo wawancara 😁

    ReplyDelete
  16. nah nah ulama zaman dulu mencontohkan untuk rajin membaca. Kids jaman now juga harusnya begitu meski medianya berbeda, bisa baca e-book lewat smartphone

    Salam,
    helenamantra dot com

    ReplyDelete
  17. Merinding campur malu kalau mendengar bagaimana kisah ulama zaman dulu mengejar ilmu.
    Jaman sekarang sudah enak. Rata-tata sudah memiliki ponsel yang bisa digunakanan untuk media baca-tulis. Tapi aku malah tidak sebanyak itu membaca dan menulisnya.

    ReplyDelete
  18. Saya mau komen malah teralih dengan komen Mbak Helena, kids zaman now. Wkwkwk... Tapi bener banget, nih, kids dan parent zaman now harusnya bisa meneladani semangat para pendahulu. Satu PR lagi buat saya parent zaman now :)

    ReplyDelete
  19. Ahh, betapa memang sangat fakta alim ulama terkenal cerdasnya sebab aktif mencari ilmu dan mengabadikan dgn menulis.

    Tips no.3 nyentil nih, hi hi

    ReplyDelete
  20. Nomor 3 duh. Gimana ya kadang-kadang orang ngomong kayak kurang bermanfaat gitu huhu lebih parah lagi isinya ngomongin orang. Mendingan baca :(

    ReplyDelete

Post a Comment