"Ustadzah, belum punya anak ya? Kenapa kok belum punya anak?" Kata seorang murid saya yang kelas satu SD.
Gimana rasanya? Pastinya jleb.
Ternyata saya ndak sendirian, teman saya yang belum nikah pernah dikatai,
"Ustadzah Fulan gak punya bojo yeek..."
Bagaimana jika Anda yang mengalami hal ini? Sakit? Iya, tapi kita masih bisa tersenyum, bahkan mungkin sambil nguyel-nguyel pipinya.
Lain halnya jika yang berkata adalah orang dewasa. Sakitnya menusuk, menghujam ulu hati, bahkan parahnya bisa merusak hubungan kerabat.
Jaga Lisan
Nabi mengingat kita,
"Berkatalah yang baik atau diam."
Ya, sebab anggota tubuh yang hanya beberapa centi ini lebih tajam dari pedang dan lebih pedas dari Chiken Wong Rechees level 10 (padahal saya belum coba, haha)
Perkataan yang mungkin bagi kita wajar, terkadang justru bisa jadi seperti belati bagi orang yang mendengarnya.
Misalnya ada saudara yang belum menikah, alih-alih menanyakan,
"Kapan nikah? Kapan nyusul? Kapan gantian dikondangin?"
Baiknya kita mengubah kalimat ini dengan doa,
"Semoga bisa segera menyempurnakan separuh agama."
So, jangan sampai kita mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan saudara kita. Mari jaga silaturahim dengan saling mendoakan, bukan saling menyakiti.
Kadang orang ngomong nggak pakai perasaan. Suka seenaknya saja. Sabar.
ReplyDeleteIya, Insyaallah Mbak, terima kasih...
Delete