Tak terasa usia pernikahan kami sudah lebih dari setahun.
Artinya selama itu pula kami menjalani lika-liku pernikahan yang beragam. Susah
jadi garam, senang jadi gula, hidup akan hampa tanpa ada dua resep dasar itu.
Sayangnya banyak mutiara yang tercecer, banyak hikmah yang tak terabadikan.
Padahal sabda Nabi shallahu ‘alayhi wassalam,
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak bermanfaat
dengan bagi orang lain.”
Menikah adalah ibadah, dan ilmu menjadi pondasi terkokoh agar
rumah itu bersusun indah. Saya dan suami telah sepakat untuk menuntu ilmu dan
membagi ilmu. Beberapa ulama atau Ustadz terdahulu yang telah menghasilkan
puluhan hingga ribuan karya akan menjadi referensi keilmuan kami.
Beberapa guru
yang ilmunya akan menghiasi blog ini adalah Ibnu Qayyim Al-Jauzi yang banyak
menulis tentang cinta, Amru Khalid yang banyak menulis tentang hati dan
tazkiyatunnufs, para penulis yang hingga hari ini terus berkarya, Salim A. Fillah
dan Cahyadi Takariawan, juga guru-guru kami di Darul Huffadz Surabaya.
Packaging
baru blog kami adalah hadiah dari suami sebagai bentuk ledakan agar kami tak
berhenti menulis meski status lajang telah berganti. Semoga apa yang baik
menjadi amal sholih kami dan Allah mengampuni segala keburukan kami.
Mencintaimu Ibadahku
Mencintai pasangan halal kita adalah bentuk ibadah kita pada
Allah. Karena cinta yang berbalut dengan pernikahan akan semerbak harumnya. Tidak
hanya kita saja yang menikmatinya, namun juga orang lain. Saat bergandengan,
maka dosa-dosa itu berguguran. Saat mencium dengan penuh kelembutan, maka Allah
ridho dengan kita. Bahkan saat kita jengkel dengan pasangan, lalu kita
memeluknya, maka Allah akan beri kita hadiah berupa pahala yang sangat besar. Bukankah
hal ini telah Rasul perintahkan?
Suatu kali Rasul amat sangat marah dengan istrinya, Aisyah. Terkadang
sikap Aisyah yang kekanak-kanakan –karena memang ia menikah di usia yang sangat
muda- membuat Rasul tak mampu lagi-berkata-kata. Saat dipuncak kemarahannya, ia
lalu memeluk sang istri sambil berujar,
“Saat aku memelukmu, maka rasa marahku padamu hilang.”
MasyaaAllah.. tiada elegy yang lebih indah daripada pernikahan
yang dilandasi karena ibadah. Segalanya akan terasa indah dan indah saja. Saat masalah
melanda, suami dan istri saling mengingatkan. Sedangkan kala bahagia menjumpai,
mereka mensyukuri nikmat karena Allah. Sejatinya inilah pasangan yang dirindu surga.
Pasangan yang dirindu surga bukanlah mereka yang mengawali dunia
denga pacaran, adik kakak-an dan sebagainya. Bukan! Bukanpula angan-angan
kosong yang syetan hembuskan dalam khayalan dan imaginasi kita.
Tentang Hati, Cinta, dan Kebenaran
Nama ini kami pilih karena Nabila pertama berarti kemuliaan dan
kecerdasan, sedang Haqi berasal dari kata Haq yang berarti kebenaran. Segala
kebenaran hanya milik Allah. Maka berusaha untuk menggali hikmah adalah sebuah
keharusan. Sedang menyebarkan kebenaran adalah mengari mata air di tengah
padang yang tandus.
Akhirnya, selamat menikmati perjalanan di blog saya. Ingatkan
saya jika salah jika sedang sendiri, begitu kata guru kita. Penulis hanya
manusia biasa. Semoga mutiara-mutiara indah itu bisa tersingkap dan manfaat bisa
kita rengkuh. Mari bersaudara, silahkan hubungi penulis untuk berdiskusi
tentang apapun.
Comments
Post a Comment