Skip to main content

Jadilah Seperti zahratunni'mah

Setelah masa penantian panjang, akhirnya bayi kecil itu datang ke dunia. Wajah perempuan yang bersimbah keringat menyunggingkan senyum. Lelaki yang sedari tadi menunggu itu masuk ke dalam ruangan. Ia tatap wajah istrinya dengan penuh arti, lalu berkata,

"Maafkan aku, say. Maafkan."

"Sudahlah. Ini salah kita berdua. Yang terpenting sekarang adalah kita jaga anak kita." jawab sang istri.

"Aku ingin putra kita esok tidak menjadi seperti ayahnya."

Sang perempuan hanya tersenyum lemah. Ia pandangi lagi wajah putarnya yang baru saja merasakan aroma dunia.

"Mas, bolehkah aku minta sesuatu?" tanyanya, disambut dengan anggukan sang suami.

"Aku ingin menamakan anak kita Zahratunni'mah."

Tanpa menunggu alasannya, sang suami mengiyakan.

Malam tiba, sang suami masih menunggui istrinya di rumah sakit. Mereka hanya berdua saja, tanpa ada sanak saudara yang menjenguk.

Keheningan kemudian pecah oleh kedatangan seorang pemuda dengan menenteng tas ransel.

"Assalamu'alaikum"

Sang suami membuka tirai yang menjadi pemisah antar pasien dalam satu rungan itu. Lalu muncul gadis remaja berparas cantik dengan jilbab birunya yang lebar.  Gadis itu lalu berhambur ke perempuan itu dan mencium tangannya.

"Gimana kondisi bulek? Sudah sehat? Maaf saya tidak membawa apa-apa." Gadis berumur belasan tahun itu lalu menolehkan pandangannya ke bayi mungil yang masih berwarna merah di samping buleknya.

"Alhamdulillah. Gimana kuliahmu di Bandung?" tanya sang perempuan.

"Lancar, bulek. Tapi saya juga sering kangen dengan keluarga disini." kata sang gadis dengan wajah yang dari tadi berseri-seri.

"Makasih ya, kamu sudah mau datang kesini." Seketika perempuan yang berumur sekitar dua puluh lima-an ini meneteskan air mata.

"Sudahlah Bulek, semua pasti ada hilmahnya. InsyaAllah Allah akan mengampuni dosa-dosa kita dan keluargapun mau menerima lagi."

Semua memang sudah terjadi. Perempuan itu telah melahirkan seorang bayi tidak berdosa hasil hubungannya dengan pacar yang sekarang menjadi suaminya itu. Sayangnya hubungan itu tidak dibingkai dalam indahnya pernikahan. Nafsu telah menjerat mereka pada perbuatan dosa. Keluarganya tidak mau menerima mereka. Orang tuanya berjanji, setelah akad nikah mereka tidak mau mengakuinya sebagai anak perempuannya lagi.

Hanya ada Zahratunni'mah, ponakannya yang terkenal pintar dan sholihah. Ia satunya-satunya keluarga yang mau menjenguk dirinya. Kini, ada sebongkah harapan yang datang dari putrinya. ia ingin anaknya besok akan menjadi seperti Zahratunni'mah.

Nabila Cahya Haqi

***

Comments