Skip to main content

Kita dan yang Tercinta

“Tiada pekerjaan yang lebih baik dari seorang  laki-laki yang bekerja dengan tangannya sendiri.  Dan tidak ada infak yang lebih baik dari seseorang yang memberikan nafkah untuk diri dan keluarganya, anaknya, pembantunya dan dia dihitung sedekah.”
(HR.Ibnu Majah)
                                                                                                      ***



Saat kita mencintai, kadang kita berharap untuk memiliki. Kita ingin dapatkan kekuatan baru besar dari dalam diri orang kita cinta. Namun keinginan ingin mendapatkan itu kan jadi cara menyakiti orang yang kita cintai.

Harusnya kita mencintai dengan sadar. Bahwa cinta adalah sebuah proses. Untuk menuai kebaikan-kebaikan yang terus menerus mengalir.

Allah mengikatkan cinta antara orang tua dan anaknya,
Saat kita mampu menyadari betapa hebatnya doa yang kita panjatkan untuk orang tua, maka sebesar itulah keinginan kita agar kelak memiliki keturunan yang menjadi qurrota a’yun, menjadi penyejuk mata.



Allah telah menghubungkan cinta seorang hamba, dengan hamba lainnya, “Dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang...”  (QS.Ar-Rum:21)
Itulah sebuah tenaga pendorong yang membuat seseorang rela berkorban, bekerja keras, dan berpayah-payah. Untuk orang yang kita cintai.

Allah telah menghadirkan banyak orang yang dengan tulus menghadiahkan cintanya kepada kita
Orang  tua kita, adik-adik yang berharap sapaan dari kita, atau mungkin teman-teman sholih yang selalu hadir untuk kita, dalam roda kehidupan kita yang terus berputar.

Jadi, Allah telah mengkarunia kita kekuatan unik sebagai pendorong. Namun, apa yang telah kita berikan untuk orang-orang yang kita cintai?

Harusnya memang kita menyadari bahwa mencintai bermula dari sebuah tanya, ‘Mengapa ia harus kita cintai?’ Mengapa?
Selamanya harus menyadari bahwa dengan cinta, kita mengawali kebaikan-kebaikan untuk orang yang kita cintai.  Allahpun mengingatkan sebuah siklus kasih sayang yang akan terus menerus berhubungan.
Allah berfirman,
            “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah : “Apa saja yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh: 215)
Saat kita mengetahui dengan tepat mengapa kita harus mencintai, maka saatnyalah orang yang kita cintai mendapatkan kebaikan pertama dari kita. Karena keberadaan mereka inilah yang menjadi penyangga keberadaan kita. Tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat. Yakni bermula dengan orang-orang terdekat kita secara nasab.
Inilah jalan mendapatkan kebaikan dengan cara yang  jelas, yaitu usaha dan doa.

Sekarang mungkin saatnya agar terngianglah selalu di telinga, mungkinkah belum banyak yang kita berikan untuk orang yang kita cintai?

Comments