Mengapa harus ku lalui zaman kini
Mengapa tak saat dapat kupandangnya kecantikan Fathimah Az-zahra
Mengapa tak dapat kedengar suaranya yang lembut
Dan akhlaknya yang begitu menggetarkan
Seorang putri yang paling mirip Rasululloh
Dan menemuinya, membuatku kembali kuteringat lembaran kisahnya...
“Sesungguhnya putriku Fathimah
adalah penghulu kaum perempuan
dari awal hingga akhir zaman.
Ia bagian dariku dan cahaya mataku,
ia bunga hatiku,
ia adalah jiwaku,”
Rasululloh Muhammad SAW
Sesosok insan yang dirindukan, oleh surga penuh kenikmatan, oleh manusia-manusia termulia, dan oleh manusia-manusia kecil yang hanya mampu mengenal namanya. Termasuk aku dan dirimu. Semoga kerinduan ini selalu muncul di tiap-tiap bayangan zaman.
20 Jumadil Akhir, setelah 2 tahun turunnya wahyu, seorang bayi lahir di tempat turunnya wahyu. Dengan wajah penuh sinar berkilauan, hingga terpanggillah Az-Zahra. Kecantikan yang timbul dari dalam dan luar. Perempuan terbaik dalam sejarah kehidupan manusia yang takkan sirna. Bumi jadi saksi atas keelokan akhlaknya, langit jadi saksi atas ketundukannya, dan seluruh alam berdoa untuknya.
Saat bunga itu mekar, dan Fathimah tumbuh laksana bunga keluar dari kuncup. Senyuman sudah seharusnya merekah dari bibirnya. Kebahagiaanpun sudah saatnya pada titik puncak. Namun, saat itulah dia menjadi saksi atas kekejaman orang-orang kafir pada ayahanda tercinta. Ia merasakan sendiri betapa berat perjuangan dalam menegakkan kebenaran.
Tangannya yang lembutpun digunakan untuk membersihkan darah yang mengucur dari badan Rasululloh. Dengan tetesan air mata, ia usapkan tangannya pada wajah ayahnya yang terkena lemparan tahi dari orang-orang quraisy. Duhai betapa hati yang lembut itu seakan tak mampu menahan kesedihan atas kejahatan yang dilihatnya.
Suatu kali asap kecemburuan dihembuskan oleh istri-istri Rasululloh atas perlakuan khusus Rasululloh terhadap Fathimah Az-zahra.
Aisyah ra. Datang dan menghardik Fathimah,
“Demi Allah wahai putri Khadijah, engkau merasa ibumu lebih baik daripada kami, namun, kelebihan apa yang dimilikinya atas kami? Tidakkah ia juga diselamatkan seperti kami?”
Rasululloh saat itu mendengar teriakan-teriakan Aisyah, dan masuk. Setelah bayangan Rasululloh ada di mata Fathimah, ia mulai menitikkan air mata. Kemudian Rasululloh bertanya,
“Apa yang membuatmu menangis, wahai putri Muhammad?”
“Aisyah merendahkan ibuku, dan itu membuatku menangis,” Jawab Fathimah yang seketika membuat Rasululloh marah,
“Hus, wahai Humairah! Niscaya Allah SWT memberkati perempuan yang setia dan subur ini, dan Khadijah melahirkan anak-anakku, Ath-Thair, Al-Qasim, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan zainab; namun Allah telah menciptakanmu dengan rahim yang mandul, sehingga engkau tidak melahirkan anak satu pun” Tegas Rasululloh.
Kecintaan Rasululloh pada Fathimah tidak akan membuatnya terlena. Saat Fathimah terlambat bangun subuh, dengan marah Rasul membangunkannya dengan kaki. Rasulloh tak mengizinkan Fathimah meminta seorang pembantu untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah. Bahkan Rasulloh pernag bersabda bahwa Beliau takkan segan memotong tangan Fathimah bila ia mencuri.
Cinta yang timbul di sekeliling Fathimah menjadi bagian dari buah iman seorang putri Rasul. Layaknya para remaja, ia merasakan manisnya cinta, seorang pemudapun pernah menjadi labuhan hati perempuan istimewa itu. Dan pemuda itu pula yang diberikan amanah oleh Rasululloh dalam menjaga Fathimah.
Dalam sebuah hadits dikatakan,
“Jika Allah tidak menciptakan Ali, tidak ada yang setara bagi Fatimah.”
Ya, Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu anhu. Pemuda gagah lagi lembah lembut, yang sebelum pernikannya pun mampu menarik simpati hati Fathimah.
Tidak lama Fathimah menapaki kehidupan di dunia ini. Pada usia 18 tahun, Allah memanggilnya. Meninggalkan jejak-jejak, dan seberkas kerinduan bagi para wanita yang ingin menuai surga.
Hingga seperti itu, ternyata
Di zaman yang serba mudah ini
Tak dapatkah ku berbuat lebih ?
Hingga benar-benar rindu ini tersampaikan
13 Maret 2012,
Nabila Cahya Haqi
Dalam kerinduan
Untukmu ukhti, semoga juga kau rasakan rindu ini, rindu bertemu sang idola, hingga bertemu dengannya kelak, di surga
Comments
Post a Comment