Skip to main content

Dua Dimensi Cinta


          Saat waktu telah sampai masa remaja. Ketika bunga-bunga-bunga terkembang dalam hati. Dan, itulah masa yang dialami, dunia terasa begitu indah dengan cinta.
          Diantara sekian tawa yang menghibur, canda yang menyegarkan, dan persahabatan yang menguatkan, terseliplah cinta. Maka saat ia hadir menyapa, penuhlah sudah keindahannya.
          Alangkah resah seorang remaja, saat cinta dating menanti seorang lawan jenisnya. Gelisah dan gundah yang menghimpit, diselingi titiktitk kebahagiaan. Ingin rasanya dia menumpahkan perasaannyaitu dan mengetahui secara nyata tanggapan dari sang pujaan.
          Daat luapan itupun akhirnya meledak, dan tercurahlah isi hati pada si doi, terlihatlah di hadapannya wajah yang tersipu. Disaat yang sama, legalah rasa hati. Apalagi ternyata ungkapan dari sang doi sesuai dengan mimpi sebelumnya.
          Ya, sang pujaan hati ternyata membalas cintanya! Terkumpullah dalam hatinya kebahagiaan yang merajai seluruh anggota geraknya. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya. Bibirnya bergetar mengisyaratkan tanda kekaguman. Dan tangannypun seakan tak sabar untuk memeluk sang pujaan di depannya. –Astaghfirulloh-
          Sehari berlalu dengan cinta yang merubah secuil kata menjadi indah, warna kelabu menjadi putih bersinar, dan dunia terasa hilang keindahannya. Seminggu berjalan, terasakan olehnya perjuangan, yang dianggap batinnya perjuangan cinta sejati. Sebulan, retak-retak timbul, yang makin membesar-dan membesar. Rasa manis yang terasa, begitu sirna perlahan, berubah menjadi pahit, bagai permen karet yang luntur rasa manisnya, dan kemudian terbuang.
          Dalam pucuk jiwanya, ada duka mendalam karena penghianatan sang kekasih, remuk redan badannya, dan yang tersisa hanyalah kalimat, “Ternyata ia bukanlah cinta sejatiku”,dan satu kata, putus.
          Duhai malangnya si fulan
          Ditinggal cinta yang diperjuangkan
          Hanya ada luka
          Hanya ada noda
          Pada masa keemasannya

          Tak kan sama orang buta dan melihat, tak akan sama kisah cinta dengan dimensi yang berbeda. Saat satu lagi insane di bumi yang mengalami masa keindahanyya. Remaja.
          Ia telah mengenal dirinya sendiri, dengan fitroh sebagai manusia. Melalui pengembanan cinta yang ditempuhnya, telah ia tancapkan cinta yang kokoh pada RabbNya, laksana pondasi kuat dalam benteng yang tinggi.
          Sepanjang pergaulan dalam hidupnya, sebanyak orang-orang yang ia temui, tertiuplah rasa cinta pada lawan jenis. Tertarik akan keindahan akhlaknya, kerupawanan pribadinya, dan besarnya ketawadhua’annyaa.
          Cinta yang tersimpan tak membuatnya gusar. Meski saat teringat, hatinya bergetar. Atau tersipu saat pandangan tanpa sengaja bertemu. Tetaplah ia biarkan rasa cintanya tersimpan dalam hati. Hanya doa yang terlantun, dan keyakinan besar akan kemurahan, dan pilihan Allah yang pasti selalu yang terbaik. Jikalau insane yang dirindukannya memang yang terbaik, tentu Allah SWT akan menggariskan takdir itu. Meski seberapa jauh jarak memisahkan, Allah akan mempertemukan kembali, dalam ikatan suci yang akan terkotori, oleh nafsu dan syeithan yang penuh dengki.
          Karena sungguh, mukmim yang kuat adalah yang mampu menahan hawa nafsunya, menahan rasa yang ingin menyembul. Hanyalah sebuah pernikahan, ikatan benar dan menyatukan kedua cinta, muslim dan muslimah. Akan selalu teringat, saat cinta terjalin karena Allah dan diridhoi oleh Allah, maka kenikmatannya akan jauh berkali-kali lipat dibandingkan tanpa Ridho dari Allah SWT. Allahlah tujuan sebuah cinta, maka hanya itu yang dapat mengantarkan pada cinta sejati, menuju surga yang kekal abadi.
Wa’allahu a’lam.


saat hati menangis,
semoga tertuai rindu

Bumi yang sesak

Comments